25 February 2022, 05:40 WIB

Public Speaking bagi Disabilitas agar Naik Kelas


Suryani Wandari Putri Pertiwi | Humaniora

MI/Suryani Wandari Putri Pertiwi
 MI/Suryani Wandari Putri Pertiwi
Managing Director Disabisa, Ira Mirawati (kanan), bersama Difabel Relation Manager, Herlina Agustin

BAGI sebagian orang, berbicara di depan umum (public speaking) bukanlah sesuatu yang mudah. Perasaan takut, gugup, dan tak percaya diri seringkali menghantui mereka, tak terkecuali penyandang disabilitas sekalipun.

Selain karena pandangan terhadap penyandang disabilitas ini masih sangat beragam, kemampuan public speaking pun perlu penyesuaian serta latihan yang tekun sehingga menjadi sebuah rutinitas sehari-hari.

Memiliki keterbatasan fisik ini bukan berarti tak mampu untuk menjadi pembicara ulung. Bahkan kemampuan ini dapat membuahkan karya hingga meningkatkan derajat hidup mereka. Hal ini juga yang menjadi konsern 4 dosen Fakultas Komunikasi Universitas Padjadjaran.

Dengan menginisiasi website alias laman Disabisa yang bekerja sama dengan Pusat Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran Unpad, Ira Mirawati, Putri Limilia, Jimi Narotama Mahameruaji, serta Herlina Agustin membantu teman disabilitas dalam mengeksplorasi dan melatih kemampuan public speaking.

"Nama Disabisa diambil supaya catchy yang merupakan kependekan dari Disabilitas Bisa," kata Ira kepada Media Indonesia, ketika ditemui di kampus Unpad, Rabu (2/1).

Pembuatan Disabisa didukung penuh oleh Dikti Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang pada April lalu mendapatkan Bantuan Dana Inovasi Pembelajaran dan Teknologi Bantu (teknologi asistif) untuk Mahasiswa Berkebutuhan Khusus di Perguruan Tinggi tahun 2021. Fikom Unpad menjadi salah satu pemenang bantuan senilai Rp50 juta untuk mengembangkan Disabisa.

"Disabisa mendapatkan bantuan dari kategori teknologi bantu atau teknologi asistif untuk membantu menyediakan sarana atau alat yang bisa digunakan oleh mahasiswa luar atau masyarakat disabilitas," kata Ira.

Laman Disabisa ini digarap oleh dosen dibantu mahasiswa mulai November dan dinyatakan siap pakai pada Desember 2021.

Keempat dosen ini optimistis bahwa disabilitas mampu mandiri dan sederajat dengan yang lainnya lewat pembalajaran public speaking.

"Selama ini kita tahunya difabel netra itu kan pekerjaannya, misalnya pijat, bahkan mungkin menjadi pengemis di jalanan. Padahal, jika kemampuan mereka diasah, pasti pekerjaan mereka akan lebih baik," tambah Herlina.

Disabisa berisi video ajar yang dirancang untuk memandu teman disabilitas untuk menyadari kesempatan dirinya menjadi pembicara, menemukan kelebihan dalam diri, memahami berbagai profesi relevan yang dapat dijalani kelak, melatih kemampuan menyampaikan materi, melatih suara, hingga melatih penggunaan bahasan nonverbal.

Saat ini video ajar Disabisa masih diperuntukkan kepada disabilitas tunanetra dan tunadaksa terlebih dahulu. Laman ini secara bebas dapat diakses gratis oleh semua orang. Menurut Ira, hal ini sejalan dengan program MOOC (Massive Open Online Course), yakni upaya Unpad untuk memperluas akses pendidikan berkualitas kepada masyarakat melalui perkembangan teknologi digital. Tujuan lainnya untuk mewujudkan pendidikan berkualitas untuk semua orang yang masih menjadi misi Unpad.

"Kita semangatnya menyebarkan ilmu ke masyarakat luas. Ini berjalan bersamaan dengan MOOC untuk masyarakat luas. Kita sadar kebutuhannya di masyarat. Terlebih kita juga punya Tridarma Pengabdian," terang Ira.

 

Public speaking era digital

Kemampuan berbicara di depan umum merupakan salah satu kunci meraih kesuksesan di masa mendatang. Terlebih lagi, pesatnya teknologi mengharuskan orang menyampaikan ide dan gagasan secara virtual tanpa tatap muka sebagaimana prinsip public speaking, yakni harus berbicara depan banyak orang.

"Justru di era digital, kami melihatnya (public speaking) lebih penting. Banyak yang jarang ngomong, fokus mereka pada gadget. Satu sisi kita juga sangat konsumtif terhadap media. Jadi, youtubers enggak mungkin enggak bisa ngomong," kata Herlina.

Dewasa ini semua pekerjaan sepertinya memerlukan kemampuan public speaking. Ia berharap para disabilitas berpeluang besar mendapatkan pekerjaan yang bagus, misalnya dengan membangun usaha seperti Podcast dan lainnya.

Menurutnya, masyarakat kadang salah mengartikan bahwa ketakutan berbicara di depan umum karena tak punya bakat. Padahal, menurut Herlina, public speaking bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan harus dibentuk dengan proses latihan. Ia tak menampik perihal bakat seseorang, tetapi tetap saja memerlukan latihan. Hal inilah yang kadang menjadi kesalahan masyarakat.

"Kalau kita bicara bakat, ada orang yang mungkin lahir sudah dengan bakatnya itu, tapi ada juga yang bisa dilatih. Seperti pemain bola, mungkin bagus sejak lahir, tapi bukan berarti pemain sepak bola lainnya mahir tanpa dilatih," lanjutnya.

Saat ini, ada sekitar 10 video ajar mengenai public speaking telah tersedia di website Disabisa yang materinya percis yang diajarkan kepada mahasiswa.

Di lamannya, pengunjung akan mudah mencari video yang telah diatur secara berurutan sehingga tidak akan kebingungan untuk memulai belajar. Bahkan bahasanya dibuat secara simpel dan sederhana agar teman disabilitas mudah mengikutinya.

Uniknya, didalam website ini disediakan pula wadah khusus praktik latihan dengan mengunggah video maksimal berdurasi 5 menit. Dengan mengunggah video lengkap dengan form identitas, perkembangan kemampuan public speaking ini akan dinilai dari berbagai sisi, seperti tingkat ke percayaan diri, menyampaikan ide dengan lancar dan sebagainya.

Nantinya feedback dari penilaian video tersebut akan dikirimkan melalui e-mail setiap tanggal 1 di awal bulan. Tak hanya itu, video latihan dari pengguna pun nantinya akan ditayangkan pada website Disabisa. (N-1)

BERITA TERKAIT