VAKSIN covid-19 dosis ketiga (booster) makin gencar dilakukan di Tanah Air. Presiden Joko Widodo menekankan vaksinasi secara umum dapat membantu mencegah penularan varian Omikron.
"Kunci dalam pengendalian covid-19 saat ini, utamanya varian Omikron ada dua, yang pertama kecepatan vaksinasi baik vaksinasi suntikan kedua maupun suntikan penguat atau booster," ujar Jokowi.
Dilansir dari Medical Daily, ada dua vaksin booster yaitu Pfizer-BioNTech dan Moderna yang telah melakukan pengujian terkait efek samping dosis ketiga atau booster vaksin mereka. Hasil uji menunjukkan efek kedua vaksin serupa seperti nyeri di bekas tempat suntikan, kelelahan dan sakit kepala.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan, efek samping vaksin mRNA Covid-19 biasanya ringan hingga sedang. Beberapa dari vaksin dapat memengaruhi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari mereka, tetapi efek samping akan hilang dalam beberapa hari.
Ada kasus di mana penerima vaksin booster tidak mengalami efek samping sama sekali, sedangkan reaksi alergi terhadap suntikan booster sangat jarang terjadi.
Para pakar kesehatan meminta agar masyarakat segera menghubungi dokter atau penyedia layanan kesehatan, jika mengalami kemerahan atau nyeri di tempat suntikan memburuk setelah 24 jam vaksinasi. Bantuan profesional juga diperlukan jika gejala usai vaksinasi tidak hilang.
Pfizer
Menurut pihak Pfizer, berdasarkan analisis data dari partisipan uji coba, efek samping yang paling umum booster yakni rasa sakit di tempat suntikan (dialami sekitar 83 persen peserta).
Efek samping lain yang sangat umum pada penerima booster Pfizer yakni kelelahan yang dilaporkan 63,7 persen peserta, sakit kepala sebesar 48,4 persen peserta. Efek samping lain yang dilaporkan oleh lebih sedikit peserta yaitu nyeri otot dan kedinginan.
Sementara itu, efek samping yang paling jarang dilaporkan dalam uji coba termasuk nyeri sendi, diare, muntah, dan demam. Uji coba vaksin booster Pfizer juga menemukan, orang dewasa berusia 65 tahun ke atas lebih kecil kemungkinannya mengalami gejala dan efek samping seperti flu setelah menerima suntikan booster dibandingkan dengan individu berusia 18-55 tahun.
Namun, Ketua Kelompok Kerja Alokasi dan Distribusi Vaksin Covid-19 Mayo Clinic Melanie Swift, MD, mengatakan hasil ini sama sekali tidak mengejutkan, karena efek samping sebenarnya berfungsi sebagai indikasi reaksi sistem kekebalan terhadap vaksin.
"Orang dewasa yang lebih tua memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah dan kurang kuat, sehingga tubuh mereka cenderung tidak mendapatkan respons kekebalan," ujar Melanie.
Moderna
Sama seperti Pfizer, Moderna juga melakukan uji coba untuk menentukan efek samping umum dari suntikan dosis ketiga. Berdasarkan data, booster Moderna juga menyebabkan efek samping atau gejala yang serupa pada penerimanya, seperti rasa sakit di tempat suntikan sebagai yang paling sering dilaporkan peserta (76 persen).
Gejala paling umum lainnya dari vaksin booster Moderna berupa kelelahan dan nyeri otot masing-masing sebesar 47,4 persen, sakit kepala (42,1 persen) dan nyeri sendi (39,5 persen). Efek samping lain yang dilaporkan peserta juga mencakup menggigil, demam dan mual.
Menurut pihak Moderna, tidak ada masalah keamanan yang dilaporkan selama uji coba dan orang dewasa yang lebih tua (berusia 65 tahun ke atas) juga mengalami lebih sedikit gejala dibandingkan dengan orang berusia 18 hingga 64 tahun. (Medcom.id/Ant/H-2)