27 November 2021, 19:00 WIB

Asah Soft Skill, Ini Tips Jadi Public Speaker yang Baik


Faustinus Nua | Humaniora

Dok Media Academy
 Dok Media Academy
Rory Asyari dalam webinar Public Speaking as Professional Qualification for Future Leaders yang digelar virtual, Sabtu (27/11)/2021).

MENJADI pembicara di depan umum atau public speaker bukanlah hal yang mudah dan dapat dilakukan semua orang. Sekitar 75% orang di dunia merasa grogi, cemas atau mengalami ketakutan yang juga disebut glossphobic.

Namun, ketakutan itu bukan berarti tidak bisa dilakukan. Justru hal itu merupakan keadaan yang normal dan bisa dibalikan sebagai motivasi untuk bisa menguasai salah satu skill of the leaders yang paling dibutuhkan di era modern ini.

Presenter dan juga public speaking coach Rory Asyari membagikan tips-tips untuk mengasah dan menguasai kemampuan menjadi pembicara yang baik. Sebab, mau tidak mau skill itu wajib dimiliki kaum muda sebagai generasi yang unggul.

"Jadi jangan khawatir 75% diatara kita mengalaminya dan bahkan saya juga masih mengalami sampai sekarang. Rasa grogi, takut harus kita ubah jadi motivasi, jadi engine untuk kita menampilkan yang terbaik," ujarnya dalam webinar Public Speaking as Professional Qualification for Future Leaders yang diselenggarakan SGU bersama Media Academy, Sabtu (27/11).

Baca juga: Kemendikbudristek Apresiasi Guru Dan Siswa Pegiat Pembelajaran Berbasis TIK

Dia menjelaskan bahwa public speaking sebenarnya merupakan sebuah pertunjukan. Setiap aspek harus dilakukan dengan penuh hati-hati tapi bukan berarti harus takut.

Sebagai pertunjukan harus disiapkan sedemikan rupa supaya benar-benar rapi simple, efektif dan powerful . "Mulai dari opening, pancingan sampai dengan last word harus benar-benar rapi. Ini harus dieprsiapakan karena itu show, jangan main-main," tambahnya.

Dalam public speaking, pembicara harus menjadi sosok yang kredibel sebagai sebuah prinsip. Artinya berbicara sesuatu yang dikuasainya atau menjadi bidang ahlinya sehingga dipercaya oleh audience. Berbicara sesuatu yang dikuasai juga akan menambah kepercayaan diri seorang speaker sehingga bisa meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.

Selain itu juga ada prinsip convincing yang meyakinkan banyak orang. Public speking tidak akan jadi sesuatu yang efektif dan powerful kalau tidak bisa meyakinkan orang. Untuk itu, penting berbicara dengan memaparkan data dan contoh kasus dan dapat menempatkan diri.

"Prinsip lainnya adalah reliable. Menjadi sosok yang bisa dipercaya diandalkan, konsisten, kreatif dan adaptif," kata Rory.

Menurutnya, agar tidak grogi atau blank saat sedang berbicara, sepaker harus benar-benwr menguasai konten. Sebelum berbicara di depan umum, sebaiknya mempersiapkan konten sebaik mungkin, baca atau survei lebih banyak.

Speaker juga perlu mengenali dan berinteraksi dengan audience sebelum memulainya. Begitu pula dengan observasi ruangan dan hal teknis. "Jangan beri celah kepada diri kita untuk kita gak ngerti ini ruangan di mana, layar presetasi gimana cek dan ricek," tegasnya.

Tidak lupa, Rory mengingatkan salah satu trik pemanasan wajah yang disebut sebagai lion face. Hal itu biasa dilakukan para pembicara termasuk presenter sebelum memulai sebuah acara.

Baca juga: Kapolri Prediksi Mobilitas Selama Libur Nataru Libatkan 19 Juta Warga

Lebih lanjut, Rory mengatakan bahwa dalam persiapan menjadi pembicara perlu menstruktur speech. Semuanya harus terususun rapi dengan bahasa yang sederhana, singkat dan mudah dipahami semua orang.

Pada 30 detik pertama merupakan momen krusial untuk bisa menarik atensi audience. Lantas harus dihindari hal-hal yang membosankan pada momen kunci itu.

"Ada penelitian mengatkan bahwa 30 detik pertama adalah brake or make a moment. Itu adalah kesempatan memenangkan perhatian audience atau nggak. Kalau dalam 30 detik pertama kita itdak bisa menginpresi mereka susah untuk kita naikin lagi. So ini harus diisi dengan sesuatu yang oenting bukan mengabsen (peserta)," jelasnya.

Rory pun membeberkan tips untuk 30 detik pertama yang disebutnya hook atau pancingan. Pembicara bisa memulainya dengan bertanya ke audience, bisa menyampaikan data menarik di awal, gambar, joke atau pun pengalaman pribadi yang mengesankan.

Tidak lupa, dia mengingatkan untuk membawa catatan sebagai penolong saat blank moment dan juga menyiapkan plan B atau C. Hal yang sederhan dan sering diabaikan, tapi menurutnya sangat penting untuk mengatasi rasa grogi, takut dan lainnya.

Persiapan yang matang itu akan memberi kepercayaan lebih kepada speakers. Berbicara depan umum memang tidak mudah tetapi ketika disampaikan secara sederhana dan didukung persiapan matang maka akan terasa mudah.

"Pada akhirnya, tujuan public speaking adalah menciptakan efek atau dampak. Pertama untuk menginformasikan, mempengaruhi, menginspirasi," kata dia.

Baca jugaKepala BKN Instruksikan ASN yang Terlanjur Cuti Nataru Harus Dibatalkan

Pengajar dan Deputi Gead of Global Strategic Comunications (GSC) SGU Ezmieralda Melissa menegaskan pentingnya kemampuan public speaking dikuasai kaum muda. Skill tersebut adalah bekal bagi masa depan generasi bangsa untuk bisa berkompetisi di era digital saat ini

Menurutnya skill tersebut sangat menantang, sebab pada dasarnya manusia adalah pendengar yang kurang baik. Hal itu dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang masuk.

"Memang hal ini menggangu kita dalam menerima informasi. Para penerima pesan mereka mengalami distriction pada saat menerima informasi," jelasnya.

Otak manusia memiliki kemampuan lebih baik untuk menerima informasi. Berdasarkan riset di AS dalam bahasa Inggris sebagain besar orang berbicara hanya 140 kata per menit. Tetapi otak manusia dapat menerima pesan sampai 800 kata permenit.

"Jadi itu 6 kali lipat lebih, maka kita sangat gampang terdisrupsi oleh informasj sehingga seorang public speaker ini juga suatu tantangan," tambahnya.

Tantangan lainnya adalah reaksi emosional manusisa, perspektif tertentu hingga pada perbedaan kebuyaan. Hal itu bisa mempengaruhi orang dalam menerima informasi.

Ezmieralda pun mengatakan bahwa tantangan itu bukan sebagai halangan. Jutrsu itu menjadi motivasi untuk benar-benar siap menghadapi situasi apa pun saat menjadi pembicara.

Dalam keseharian, manusia sudah terbiasa berkomunikasi, sehingga public speaking tidak jauh berbeda dengan percakapan sehari-hari. Ada beberapa perbedaan, tetapi kembali lagi pada persiapan maka public speaking akan terasa seperti obrolan yang santai dengan bahasa yang simple tapi tetap resmi.(H-3)

BERITA TERKAIT