26 October 2021, 18:03 WIB

Pemerintah Minta Warga Tidak Euforia Pelonggaran Mobilitas


M. Ilham Ramadhan Avisena | Humaniora

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
 ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Pengunjung berwisata di kawasan Pantai Maju, Jakarta

MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, kebijakan pemerintah untuk melakukan gas dan rem dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi telah berjalan dengan baik. Hal itu menurutnya patut untuk dijaga dan melanjutkan tren positif tersebut.

"Indonesia melakukan pendekatan sendiri, mengambil risiko yang ada, namun dilakukan dengan mitigasi terukur. Di bawah arahan, kendali, dan kemudi Bapak Presiden, kombinasi rem dan gas dilakukan secara optimal untuk keseimbangan antara kehidupan dan penghidupan," ujarnya dalam konferensi pers evaluasi program Penanganan Covid dan Pemulihan Ekonomi Nasional secara daring, Selasa (26/10).

Airlangga bilang, kendati pandemi berhasil dikendalikan, seluruh pihak diminta untuk tetap waspada guna menghindari kemungkinan peningkatan kasus. Sebab, tanpa kewaspadaan yang baik, peningkatan kasus berpotensi terjadi, menyebabkan adanya pembatasan mobilitas, dan akhirnya kembali menghambat pemulihan ekonomi.

Senada, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengimbau agar semua pihak dapat mengontrol euforia setelah dilonggarkannya pembatasan aktivitas. Jangan sampai, kata dia, euforia itu justru menjadi titik awal terjadinya peningkatan kasus covid di Tanah Air.

"Kita tidak boleh lengah, terutama karena kita menghadapi liburan nataru yang secara histori selalu ada kenaikan. Untuk itu, perlu dipastikan jangan terjadi euforia berlebihan yang membuat kita tidak waspada," ujarnya.

Kementerian Kesehatan, lanjut Budi, sejatinya telah memiliki empat strategi untuk mengontrol pandemi. Tiga di antaranya merupakan strategi hulu yakni mengenai penerapan protokol kesehatan dan perubahan perilaku atau 3M; melakukan pendeteksian dini atau 3T; dan mengakselerasi vaksinasi.

Tiga strategi utama itu diyakini lebih efektif dan berbiaya rendah, bagi masyarakat maupun pemerintah. Pasalnya, pada strategi empat merupakan bagian hilir, di mana berkaitan dengan perawatan pasien covid dan segala fasilitasnya.

"Kalau kita bisa mengelola dengan baik penanganan pandemi, tidak perlu masuk ke rumah sakit (strategi keempat), harusnya bisa dibuat tetap sehat. Jadi rencana kami konsentrasi di deteksi, vaksinasi, perilaku, apalagi kondisi kita sudah baik, kalau bisa jangan sampai masuk rumah sakit," kata Budi.

Baca juga: Indonesia Terima 1 Juta Dosis Vaksin Sinovac

Dia menjelaskan, tiga strategi utama itu mesti dijalankan bersamaan untuk meningkatkan efektivitas dan hasil penanganan pandemi yang baik. Menurut Budi, negara-negara lain yang memiliki tingkat vaksinasi justru saat ini tengah mengalami lonjakan kasus covid.

Itu terjadi karena penerapan protokol kesehatan tak lagi dijadikan prioritas. Indonesia, imbuh Budi, harus bisa mengambil pelajaran dari negara-negara lain. "Jadi kalau kita tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, jangan euforia berlebihan, langsung jalan-jalan ke mana-mana, ke kafe penuh, karena itu masih bisa naik lagi kasusnya," tuturnya.

"Itu dibuktikan oleh Inggris, Israel, Singapura yang vaksinasi sudah 80% pun kasusnya naik kalau memang protokol kesehatan tidak berjalan," sambung dia.

Lebih lanjut, Budi menyampaikan hingga Selasa (26/10), vaksinasi di Indonesia telah berjalan dengan baik. Tercatat total jumlah vaksin yang diterima Indonesia mencapai 248 juta dosis. 237 juta dosis di antaranya sudah didistribusikan ke daerah-daerah, dan 184 juta dosis lainnya telah disuntikkan kepada masyarakat.

Suntikan dosis pertama telah dilakukan kepada 114 juta orang, atau sekitar 54,85% dari target populasi sebesar 208 juta orang. Sedangkan sebanyak 68,88 juta orang, atau 33% dari target populasi telah menerima suntikan vaksin lengkap.

Budi menuturkan, pemerintah akan terus mengakselerasi kapasitas suntikkan per harinya. Saat ini sebanyak 2,34 juta suntikkan dilakukan per hari. Itu telah melampaui target yang diminta Kepala Negara, yakni 2 juta suntikkan per hari.

"Arahan Presiden diminta agar secepat mungkin semua provinsi mencapai angka 60% dosis pertama di bulan November dan 70% dosis pertama di bulan Desember. Itu yang sekarang sedang kami kejar agar seluruh provinsi secara merata bisa mencapai 60% dosis pertama di bulan November dan 70% dosis pertama di Desember," jelas Budi.

Dus, dengan progres cakupan vaksinasi saat ini, Budi memperkirakan hingga akhir 2021 sebanyak 290 juta dosis vaksin dapat disuntikkan kepada masyarakat. Jumlah itu terdiri dari 168 juta orang, atau 80% dari target populasi menerima dosis pertama, dan sebanyak 123 juta orang telah mendapatkan dosis vaksinasi lengkap, atau sekitar 59% dari target populasi. (OL-4)

BERITA TERKAIT