PERINGATAN Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabi’ul Awwal 1443 Hijriah/19 Oktober 2021 Masehi dalam konteks kekinian merupakan momentum penguatan spritual di tengah kemiskinan keteladanan.
Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan menyebutkan keteladanaan yang diajarkan Rasullah harus sejalan antara teori maupun praktik.
Hal ini juga ada dalam Surah As Saff ayat 2-3, Allah SWT menegaskan membenci orang yang pandai berbicara atau berteori, namun tidak memberi aksi dalam bentuk amal.
"Agar spririt keteladanan bisa berjalan dengan baik, maka keimanan harus sejalan dengan amal saleh. Artinya, aktivitas spiritual Islam tidak semata berorientasi pada diri sendiri, tapi membawa dampak transformasi perbaikan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara," kata Buya, Rabu (20/10).
Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan seorang sahabat yang hanya menekankan spritual berzikir dan berdoa (itikaf) di dalam masjid, sementara keluarga dan masyarakatnya tidak diperhatikan. Artinya, harus ada keseimbangan antara dzikir dan pikir, seperti yang tertulis dalam QS Ali Imran ayat 190-191.
Spiritual keteladanan Nabi Muhammad dalam sejarah kemanusiaan semesta telah diaktualisasikan dalam berbagai dimensi kehidupan.
Rasulullah SAW, menurut Buya Amirsyah, merupakan sosok pemimpin yang tiada bandingnya dengan tokoh di permukaan bumi, cerminan akhlak yang mulia patut menjadi teladan segenap umat manusia di alam semesta.
"Qudwah hasanah Nabi Muhammad SAW diakui bukan sebatas di kalangan dunia Islam, melainkan juga seluruh penjuru dunia. Pada hakikatnya Maulid Nabi bukan sekedar perayanan yang bersifat serimonial, akan tetapi harus mampu memperkuat kembali sosok dan perilaku (akhlak) beliau yang mulia itu," ujar Buya.
Peringatan Maulid Nabi dapat disebut sebagai ibadah aktual (ghairu-mahdhah) yang baik dan positif (bid’ah hasanah).
Menyikapi kondisi pandemi Covid-19 saat ini, di berbagai belahan dunia banyak yang kehilangan keteladanan dalam mengatasi berbagai krisis. Mulai dari krisis kepercayaan hingga dekadensi moral, semua aspek telah membuat manusia kehilangan pijakan.
Maka, penting menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan dalam berbagai aktivitas keagamaan, terutama dalam penguatan spritual, agar tidak terjebak pada bentuk keteladanan simbolis yang sering tidak sejalan dengan misi kerasulan Muhammad SAW.
"Muhammad Rasulullah SAW mempunyai visi kerasulan, mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).
Visi tersebut sangat relevan dengan misi Nabi membawa risalah, menjadi contoh yang baik (akhlaq al karimah)
bagi semua makhluk di muka bumi," kaya Buya.
"Misi tersebut dikatakan tidak sekadar ranah teori, melainkan telah ditransformasikan dalam semangat keteladanan, utamanya dalam berbagai dimensi kehidupan yang dijalani Nabi Muhammad SAW," pungkasnya. (H-2)