19 October 2021, 22:40 WIB

Gus Baha: Selawat Nabi Akui Allah Pencipta dan Muhammad Makhluk


Mediaindonesia.com | Humaniora

DOK nu.or.id.
 DOK nu.or.id.
Gus Baha.

MEMBACA selawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mampu menjadi penyelamat pembacanya
pada hari kiamat. Ini karena membaca selawat Nabi memiliki unsur penjagaan akidah, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan sekaligus meyakini Nabi Muhammad sebagai makhluk-Nya.

Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha menjelaskan hal itu sebagaimana dikutip dari Instagram NUonline_id. Menurutnya, dalam redaksi selawat yang biasa kita baca, yaitu Allahumma shalli ala sayyidina muhammad, terdapat dua unsur pengakuan yang agung. 

Pertama kita mengakui bahwa Allah swt sebagai Dzat yang Mahapemberi dan kedua mengakui bahwa Nabi Muhammad saw sebagai kekasih Allah yang betapa pun tingggi kedudukannya tetap sebagai hamba Allah. "Jadi, membaca selawat itu, di samping menunjukkan mahabbah (cinta) kita kepada Rasulullah, dengan menyatakan beliau sebagai makhluk terbaik yang paling layak mendapat azkash selawat dari Allah, juga menyatakan Allah sebagai (Tuhan) yang memberi," ujarnya saat mengisi acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw 1443 H dan Haul Masyayikh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, pada Selasa (12/10).

Pada kesempatan itu, Gus Baha mendasari argumennya dengan penjelasan Sayyid Az-Zabidi (wafat 1205 H) dalam kitab Ithafus Sadatil Muttaqin yang berbunyi wannabiyyu shallahu 'alaihi wasallam wa in jalla qodruhu muhtajun  la rahmatihi ta'ala wa fadhlih. Artinya, betapa pun tingginya kedudukan Nabi Muhammad saw, ia tetap membutuhkan kasih sayang dan kemurahan Allah swt.

Baca juga: Kenapa Nabi Muhammad tidak Pernah Bikin Maulid? Ini Jawabannya

Dijelaskan Gus Baha, umat Nasrani itu sudah melakukan kesalahan fatal, yaitu menganggap Nabi Isa sebagai tuhan, sedangkan orang Yahudi yang tidak suka dengan Nabi Isa dengan menuduh Isa sebagai anak hasil zina. Namun umat Nabi Muhammad saw tetap mengagungkan Rasulullah dengan status sebagai hamba Allah, tidak sampai menuhankannya. "Jadi, umat ini (umat Nabi Muhammad) tidak akan mendudukkan Rasulullah setingkat dengan Allah," tegas alumnus Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah itu. (OL-14)

BERITA TERKAIT