PADA Selasa (19/10), umat Islam memperingati kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai utusan terakhir dari Allah untuk umat manusia. Dengan peringatan setiap tahun itu, diharapkan umat Islam selalu ingat dan paham tentang kisah perjalanan Nabi Muhammad saw.
Berikut sekilas sejarah kehidupan penting Nabi Muhammmad saw. Ini dikutip dari Instagram NUonline_id.
Lahir
Beliau lahir di Mekkah, 12 Rabiul Awwal 53 sebelum Hijriah atau 29 Agustus 570 M. Nama Muhammad saw diberikan Allah kepada ibundanya, Sayyidah Aminah, dan kakeknya, Sayyid Abdul Muthalib, melalui malaikat dan isyarat mimpi.
Masa Kecil
Nabi Muhammad saw merupakan anak yatim piatu sejak kecil karena ditinggal ayah sejak dalam kandungan dan menyusul ibunya saat beliau berusia enam tahun. Usia delapan tahun, Nabi Muhammad saw mulai menggembala kambing. Ada tiga alasan yaitu untuk meringankan beban ekonomi pamannya, Abu Thalib, tidak butuh modal, dan senang berada di padang luas agar bebas merenung.
Baca juga: Ditanya tentang Hukum Maulid Nabi, Imam As-Sakhawi Jawab Begini
Masa Remaja
Usia 12 tahun, Nabi Muhammad saw mengikuti Sayid Abu Thalib berdagang ke Syam. Nabi Muhammad saw mulai menjajakan dagangan Sayyidah Khadijah bersama Maisaroh, budak Sayyidah Khadijah, ke Syam. Dagangannya laku keras dan untung banyak. Usia 17 tahun, ia telah berdagang ke Yordania, Syam, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan lainnya.
Dipersunting Sayyidah Khadijah
Usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw menikah dengan Sayyidah Khadijah yang sudah berumur 40 tahun. Pernikahan keduanya berlangsung sekitar 25 tahun hingga Sayyidah Khadijah wafat. Kecintaan Sayyidah Khadijah kepada Nabi Muhammad saw karena kepribadiannya yang sempurna, secara lahir dan batin.
Menerima Wahyu Pertama
Nabi Muhammad saw menerima wahyu pertama kali pada usia 40 tahun, tepatnya pada 17 Ramadhan 13 SH/6 Agustus 610 M. Nabi Muhammad saw menerima wahyu secara bertahap selama 23 tahun hingga wafat.
Mendakwahkan Islam di Mekkah
Pada awalnya, Nabi Muhammad saw mendakwahkan Islam secara diam-diam dengan mengajak keluarga dan
saudara-saudaranya. Setelah mulai terang-terangan, Nabi Muhammad saw mulai mengalami berbagai gangguan, tantangan, tentangan, pendustaan, pengusiran, bahkan upaya pembunuhan. Nabi Muhammad saw menekankan dua sisi kepercayaan, yakni keesaan Allah mengingat kepercayaan masyarakat setempat menyembah banyak berhala dan kepercayaan kepada hari akhirat.
Baca juga: Pandangan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani tentang Hukum Maulid Nabi
Hijrah ke Madinah
Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah pada 2 Rabiul Awwal tahun ke-13 kenabian atau bertepatan
dengan 20 Juli 622 M. Tujuan hijrah bukan sekadar menghindari ancaman penindasan kaum kafir, melainkan juga menyelamatkan dan menyebarkan Islam di wilayah Arab lain. Di samping jarak yang jauh, perjalanan hijrah Nabi Muhammad saw juga berat karena terus diburu kaum kafir.
Pilihan Madinah sebagai tempat hijrah karena penduduknya sudah berbaiat masuk Islam, ramah, memiliki pengalaman berperang, ada hubungan darah Nabi dengan Bani Najjar sebagai penduduk Madinah, dan letak Madinah yang strategis. (OL-14)