WAKIL Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar menegaskan bahwa Indonesia saat ini menjadi negara yang sangat kuat dalam melaksanakan komitmen untuk mengurangi emisi Co2 sebanyak 41% sampai 2030.
Hal ini terjadi karena pencapaian yang baik dsri sektor kehutanan dan tata penggunaan lahan, di mana Indonesia berhasil menurunkan angka deforestasi dan kebakaran hutan sampai dengan 85% pada 2020 lalu.
"Ini mencapai rekor terendah sepanjang sejarah Indonesia pada saat negara lain bahkan negara maju kebakaran hutannya mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarahnya. Gambarannya Indonesia tahun lalu kebakaran hutannya di sekitar 300 ribu hektare, AS itu 10 kali lipat dan Australia 50 kali lipat," ungkapnya dalam acara Indonesia Green Summit 2021 yang diselenggarakan oleh Media Group News, Selasa (27/7).
Selain itu, Mahendra menuturkan bahwa negara-negara yang menyatakan komitmen yang sama seperti Indonesia di The Paris Agreement lebih banyak bicara dari pada bertindak.
"Jadi bukan hanya statement yang makin lama makin tinggi dengan tidak adanya pembuktian, pengukuran dan akuntabilitasnya, tapi harus sejalan. Oleh karena itu kita ingin mendorong kredibilitas, akuntabilitas dan transparansi dalam mengukur komitmen maisng-masing sesuai aksi dan komitmen yang dicapai," kata Mahendra.
Menurutnya, saat ini negara-negara yang membuat komitmen dalam The Paris Agreement sudah seharusnya melakukan hal yang sesuai dengan ketentuan yang berada dalam kesepakatan tersebut.
Baca juga : Menkeu: Indonesia Butuh Rp4.520 Triliun untuk Laksanakan Komitmen Paris Agreement
Salah satu hal yang dapat diingatkan menurutnya ialah komitmen negara maju untuk pengadaan dana sebesar US$ 100 miliar dolar per tahun untuk negara berkembang yang berkomitmen dalam The Paris Agreement.
Di tempat yang sama, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong menambahkan, komitmen atau NDCs Indonesia dalam The Paris Agreement dalam rangka pengendalian iklim global, memulai implementasinya pada tahun 2020 sampai dengan 2030. Menurutnya, ada dua sektor yang menjadi tulang punggung dalam pelaksanaan NDCs tersebut.
"Dua sektor ini ialah kehutanan dan pengelolaan lahan, di mana dari target 41% pengurangan emisi Co2, kita kontribusinya 24,50% atau sekitar 59,75% dari keseluruhan target dan sektor kedua yakni energi," ujar Alue.
Menurutnya, pengurangan emisi Co2 sebanyak 41% itu setara 1,081 miliar ton Co2 yang harus berhasil Indonesia kurangi pada 2030 nanti. Tentunya itu merupakan angka yang besar, namun dari sektor kehutanan, dia optimis pihaknya kita sudah on the right track.
"Kita sudah punya kebijakan yang kita terapkan untuk mengendalikan emisi karbon. Salah satunya pencegahan deforestasi. Kita juga kendalikan kebakaran lahan. Ketiga kita lakukan moratorium untuk kawasan hutan primer dan banyak lagi lainnya," pungkasnya. (OL-7)