SAAT ini sulit mengidentifikasi mereka yang pernah kontak dengan pasien positif covid-19, orang tanpa gejala (OTG), dan cara melihat penyebaran penyakit di lingkungan kita. Karena itu, menerapkan protokol kesehatan 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas penting demi mencegah kita terkena covid-19 suatu hari nanti.
"Jadi 5M sebagai salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah dari paparan atau kemungkinan terpapar dari covid-19 dari seseorang yang berada di lingkungan kita," ujar dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Laura Navinka Yamani, dalam siaran pers, Rabu (14/7). Di sisi lain, untuk keperluan diagnostik covid-19, kita bisa menjalani tes PCR yang menjadi standar diagnosis penyakit akibat virus korona itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Sementara rapid test antigen, sebenarnya hanya untuk skrining. Dokter spesialis mikrobiologi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Ratna Kusumawati, mengatakan tes ini berbiaya lebih lebih murah tapi tidak digunakan untuk diagnosis.
Jenis tes lain, yakni rapid test antibodi dan tes serologi yang digunakan untuk survei antibodi dan penelitian epidemiologi. Rapid test antibodi bahkan saat ini tidak digunakan dan dianjurkan oleh WHO ataupun CDC untuk diagnostik covid-19. "Nah kalau serologi itu untuk menentukan donor plasma konvalesens dan mendukung diagnosis covid-19 di kondisi tertentu," tutur Ratna.
Dari sisi waktu melakukan tes, ada perbedaan antara ketiganya. PCR bisa dilakukan kapan saja tetapi semakin jauh dari waktu terinfeksi, risiko false negatifnya meningkat. Rapid test antigen dapat dilakukan sebelum bergejala hingga 1-2 minggu pascagejala.
Sementara rapid tes antibodi dan tes serologi bisa setelah 8-12 hari pasca ejala atau 15-20 hari pascaterinfeksi. Tetapi, sekali lagi, kedua tes ini hanya untuk kebutuhan khusus. (Ant/OL-14)