MUTASI virus di India yang memicu tsunami kasus covid-19 tidak boleh diabaikan. Pemerintah Indonesia harus mewaspadainya, terutama varian baru B117 yang berasal dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan dan P1 dari Brasil. Sebab, berdasarkan hasil penelitian ketiga varian tersebut sudah memenuhi tiga indikator berbahaya.
"Kita berpedoman pada CDC US dan Public Health UK. Ada 3 varian yang sebenarnya on focus yaitu B117, B1351 dan P1. Sebenarnya itu 3 varian yang harus kita waspadai dulu," ungkap Peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota konsorsium Covid-19 Genomics UK, Riza Arief Putranto dalam live Instragram Mutasi Virus Itu Berbahayakah? pada Sabtu (24/4) malam.
Dijelaskannya bahwa mutasi virus itu berbahaya atau tidak tergantung pada tiga indikator, yakni prevalensi atau peningkatan penularannya, tingkat keparahan pada pasien dan sifatnya yang bisa menghindari antibodi atau vaksin.
Berasarkan penelitian, kata Riza, B117 memenuhi ketiga indikator itu, meski sejauh ini belum ada kasus B117 di negara lainya yang lebih parah dari pada yang pernah terjadi di Inggris. Sementara untuk B1351 dan P1 baru ditemukan dapat meningkatkan penularan.
"Di Indonesia sudah ditemukan B117. Seharusnya penanganannya terus diperketat untuk bisa menurunkan tingkat penularan. Mutasi itu bisa diatasi dengan penularan yang rendah. Sebab penularanan yang rendah maka tingkat mutasinya rendah juga," cetusnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan mutasi virus di India tidak boleh diabaikan. Meski belum ditemukan indikasi-indikasi berbahya, mitigasi awal menjadi kunci untuk memutus mata rantai Covid-19.
Oleh karenanya, langkah membatasi perjalanan dari dan ke India dinilai sudah tepat. Akan tetapi, upaya survailans genomic untuk 3 varian virus harus ditingkatkan.
"Mutasi virus dia mempunyai fifty-fifty untuk menjadi lebih kuat dan menjadi lemah. Mutasi yang menjadi lebih kuat inilah yang perlu detiliti dan diwaspadai,"
Terkait pengaruh mutasi terhadap efektifitas vaksin, Riza pun tetap optimis bahwa teknologi pembuatan vaksin saat ini sudah canggih. Dengan cepat produsen bisa memodifikasi vaksin dan bahkan sejauh ini masih efektif.
Mutasi virus tetap menjadi bagian alamiah dari virus itu sendiri lantaran material genetics seperti RNA yang tidak stabil. Sebesar apa pun bahayannya, cara terbaik masih pada mematuhi protokol kesehatan sebab penularan yang rendah berpengaruh pada berkurangnya peluang virus untuk bermutasi. (H-2)