09 September 2020, 04:40 WIB

Demensia Alzheimer si Pencuri Ingatan


Ferdian Ananda Majni | Humaniora

Sumber: AFP/Alzi/Antara/Kementerian Kesehatan/Tim Riset MI-NRC/ Grafis: SENO
 Sumber: AFP/Alzi/Antara/Kementerian Kesehatan/Tim Riset MI-NRC/ Grafis: SENO
  Demensia Alzheimer si Pencuri Ingatan

NUGROHO merupakan pensiunan guru yang mengalami demensia alzheimer. Alzheimer merupakan penyebab paling umum dari demensia atau pikun.

Karena si pencuri ingatan itu, Nugroho lupa kalau anaknya udah meninggal dan menganggap sang cucu ialah anaknya. Setiap hari dia hidup dengan melakukan kegiatan yang sama, termasuk mereparasi jam. Sayangnya, tempat reparasi jamnya sudah berganti menjadi warteg yang
dimiliki Lestari.

Pertemuan antara keduanya ternyata awal dari sebuah hal yang manis, yakni Lestari mengajak Nugroho jalan-jalan dan membuat dia sedikit demi sedikit mengingat beberapa hal di dalam hidupnya.

Kisah Nugroho dan Lestari terdapat dalam film Love (2008) yang diperankan pasangan suami-istri legendaris, aktor Sophan Sophiaan dan aktris Widyawati.

Demensia merupakan kondisi yang terjadi pada seseorang karena penurunan kognitif atau penurunan fungsi luhur otak yang disertai dengan perubahan perilaku sehingga menganggu kehidupan sosial dan pekerjaan.

Ahli saraf dan Dekan Unika Atma Jaya, dokter Yuda Turana SpS, mengatakan salah satu faktor dan risiko demensia ialah usia yang menua. Namun, tidak menutup kemungkinan orang yang lebih muda juga dapat mengalaminya.

“Apabila demensia telanjur terjadi, tidak ada kata sembuh. Titik krusial untuk mengatasi persoalan ini ialah pada masa prademensia,” kata Yuda dalam talkshow bertajuk Pandemi, Kesehatan Mental dan Demensia secara virtual, Jumat (4/9), dalam rangka memperingati Bulan Alzheimer Sedunia pada September.

Menurutnya, orang dengan demensia memiliki gangguan kognitif dan perilaku sehingga mereka tidak bisa mengungkapkan perasaan atau rasa sakit yang dialami. Karena itulah, jika terpapar covid-19, orang dengan demensia akan terlambat terdeteksi dan berakibat fatal.

“Jika terpapar, risiko pemberatnya besar, apalagi ada tambahan demensia sebab orang dengan demensia jelas imunitasnya menurun jika dibandingkan dengan lain,” cetusnya.


Dapat dicegah

Meski tidak dapat diobati, penyakit ini dapat dicegah. Yuda mengatakan faktor genetik memang ada, tapi berita baiknya kebanyakan penyebabnya itu dari gaya hidup dan itu bisa diubah, bisa dimodifikasi.

Penerapan gaya hidup sehat dan berhenti merokok bisa menurunkan risiko terkena demensia alzheimer. “Seandainya bisa menangani perokok pemula 10% saja, itu sudah 12 ribu kasus demensia dikurangi,” pungkasnya.

Berdasarkan penelitian kolaboratif antara London School of Economics dan University College of London, sebanyak 86% kematian global akibat covid-19 terjadi pada golongan usia 65 tahun ke atas.

Direktur Regional Alzheimer Asia Pasifi k sekaligus Penggagas Yayasan Alzheimer Indonesia, DY Suharya, mengatakan pandemi membuat banyak orang rentan akan kesepian, kecemasan, dan depresi, tak terkecuali orang dengan demensia (ODD).

Di Indonesia, diperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang dengan demensia (ODD) pada 2016 yang akan meningkat menjadi 2 juta orang pada 2030.

Wakil Ketua MPR RI yang membidangi Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah, Lestari Moerdijat, menilai sedikit sekali kebijakan pemerintah terkait dengan penanganan penyakit demensia alzheimer di Indonesia.  Pantas saja jika si pencuri ingatan yang mayoritas dialami kaum lansia itu belum banyak dipahami masyarakat. (Wan/H-2)

BERITA TERKAIT