HARI Pangan Sedunia atau World Food Day, yang diperingati setiap 16 Oktober, tahun ini menyoroti perlunya upaya lebih keras untuk mengakhiri kelaparan dan bentuk-bentuk kekurangan gizi lainnya.
Dengan tema global Tindakan kita adalah masa depan kita, Pola pangan sehat untuk #Zerohunger 2030, semua pihak diminta ikut memastikan keamanan pangan dan pola pangan sehat tersedia untuk semua orang.
"Mencapai 'tanpa kelaparan' (zero hunger) tidak hanya tentang mengatasi kelaparan, tetapi juga memelihara kesehatan manusia dan bumi. Tahun ini Hari Pangan Sedunia menyerukan tindakan lintas sektor untuk membuat pola pangan yang sehat dan berkelanjutan dapat diakses dan terjangkau bagi semua orang," kata Kepala Perwakilan FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) Indonesia Stephen Rudgard, kemarin.
Dalam beberapa dekade terakhir, imbuhnya, secara dramatis pola pangan telah berubah akibat dari globalisasi, urbanisasi, dan bertambahnya pendapatan. Kombinasi dari pola pangan yang tidak sehat dan gaya hidup yang kurang aktif telah menjadi faktor risiko pembunuh nomor satu. ''Kebiasaan ini telah membuat angka obesitas melonjak, tidak hanya di negara maju, tetapi juga di negara-negara berpendapatan rendah, yakni kekurangan dan kelebihan gizi sering terjadi bersamaan.''
Saat ini lebih dari 670 juta orang dewasa dan 120 juta anak (5-19 tahun) mengalami obesitas. Data juga menunjukkan lebih dari 40 juta balita kelebihan berat badan, sedangkan lebih dari 800 juta orang menderita kelaparan. Di Indonesia, sebanyak 30,8% anak tergolong stunting, 10,2% anak di bawah 5 tahun kurus, dan 8% mengalami obesitas.
Ekonom Indef, Rusli Abdullah, mengatakan kualitas dan kesehatan pangan memang erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Namun, dalam hal ini, pemerintah belum berhasil memberikan efek jera bagi pelaku produksi pangan yang tidak sehat. "Sampai saat ini belum ada aturan yang tegas terkait dengan kesehatan makanan, sekarang kan masih banyak pedagang yang suka menjual makanan dengan bahan dasar yang berbahaya.''
Dia mengingatkan, dalam beberapa tahun mendatang, gaya konsumsi masyarakat juga akan berubah karena adanya perubahan gaya hidup dan peningkatan pendapatan masyarakat, utamanya masyarakat perkotaan. (Mir/X-8)