13 May 2018, 01:05 WIB

Rusia yang Bersatu


FOTO DAN TEKS: MI/PANCA SYURKANI | Foto

 MI/PANCA SYURKANI
  MI/PANCA SYURKANI

JUTAAN warga mengular sepanjang 6 kilometer, melangkah perlahan menuju Lapangan Merah, Moskow. “Ura!” seruan kemenangan mereka gaungkan. Di tangan mereka tergenggam foto anggota keluarga. Ada yang merupakan veteran, pejuang, partisan, tahanan kamp konsentrasi, dan semua yang terlibat dalam peperangan yang berlangsung pada 1941-1945.

Upacara itu dikenal sebagai prosesi Bessmertny Polk atau Resimen Abadi, yang merupakan salah satu rangkaian perayaan Hari Kemenangan di Rusia, yang tahun ini memasuki perayaan ke-73. Hari Kemenangan yang dalam bahasa Rusia Den Pobedy ialah perayaan kemenangan Uni Soviet yang kini bernama Rusia, pada Perang Patriotik Raya, 9 Mei 1945.

Tentara Merah, sebutan tentara Soviet, bersama dengan para pejuang, berhasil menumbangkan fasis Jerman yang berambisi menaklukkan ‘Negeri Beruang Merah’ setelah menguasai Belgia, Belanda, dan Prancis. Dosen Ilmu Sosial Institut Pushkin Anna Valerevna mengatakan, peperangan itu menewaskan lebih dari 26 juta rakyat Soviet. Sejumlah 20 juta di antaranya pria.

“Itulah mengapa, jumlah perempuan lebih banyak jika dibandingkan dengan pria ketika perang usai,” ujar Anna.

Den Pobedy dianggap sebagai salah satu perayaan paling penting di Rusia yang berfungsi sebagai pengikat persatuan karena mampu menyatukan seluruh masyarakat dari berbagai lapisan, golongan, dan pandangan yang paling beragam sekali pun. Rangkaian perayaan Den Pobedy di Moskow diawali dengan pidato Presiden Rusia Vladimir Putin yang diikuti parade militer.

Tahun ini 12.500 tentara dan 120 peralatan tempur ikut andil dalam parade yang sekaligus ajang unjuk gigi teknologi militer terbaru Rusia. Tidak hanya di Rusia, Den Pobedy juga dirayakan di negara-negara lain pecahan Soviet, seperti Ukraina, Georgia, dan Belarus.
Perayaan Den Pobedy di Taman Kemenangan atau Park Pobedy ditutup dengan pesta kembang api dan tembakan meriam. (M-2)

BERITA TERKAIT