KEPALA Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengungkapkan, pemerintah bakal menempuh beragam upaya untuk menahan gejolak harga pangan beberapa waktu ke depan.
Salah satunya melalui program bantuan pangan beras kepada 21,353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Bantuan yang mulai digulirkan pada September hingga November 2023 itu menurutnya sejalan dengan upaya pengendalian inflasi yang dicanangkan pengambil kebijakan. Setiap KPM, kata Febrio, bakal menerima bantuan beras 10 kilo gram setiap bulannya.
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Harga, Bulog Bakal Percepat Pengadaan Beras
"Presiden telah menginstruksikan untuk menyalurkan bantuan pangan beras 10 kg kepada 21,35 juta KPM mulai September hingga November. Hal ini tentu saja akan dapat menurunkan harga beras yang cenderung meningkat akhir-akhir ini," jelasnya seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (1/9).
Febrio menambahkan, pemerintah juga terus memperkuat koordinasi dan sinergi dengan Bank Indonesia serta Pemerintah Daerah dengan mengoptimalkan peran APBN serta APBD sebagai shock absorber.
Baca juga : Stok Beras di Merangin Cukup dan Aman
Itu akan disesuaikan dengan lima arahan yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi, Kamis (31/8). Lima arahan tersebut yaitu optimalisasi APBD, penguatan sarana dan prasarana untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Kemudian pengintegrasian data stok dan neraca pangan daerah, penguatan infrastruktur dan rantai pasok untuk distribusi, serta sinergi koordinasi kebijakan pengendalian inflasi.
“Berbagai kebijakan akan terus dilakukan dan diperbaiki untuk menjaga stabilitas harga pangan, seperti gelar pangan murah, stabilisasi pasokan beras termasuk penguatan cadangan beras Pemerintah di Bulog, dan fasilitasi distribusi," tutur Febrio.
"Untuk mengantisipasi dampak El Nino yang diperkirakan baru akan berakhir di awal 2024, Pemerintah melakukan optimalisasi fungsi dan layanan infrastruktur air serta penguatan lumbung dan cadangan pangan," tambahnya.
Adapun angka inflasi Agustus 2023 tercatat sebesar 3,27% secara tahunan (year on year/yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (3,08%), namun masih tetap di dalam rentang sasaran pemerintah, yakni 2,5% plus minus 1%.
Kenaikan inflasi Agustus tersebut didorong oleh naiknya komponen inflasi harga bergejolak (volatile food) setelah Juli lalu mengalami deflasi (-0,03% yoy). Sementara itu, inflasi inti dan harga diatur pemerintah (administered price) melanjutkan tren perlambatan.
Angka inflasi inti melambat ke 2,18% (yoy) turun dari bulan lalu sebesar 2,43% (yoy). Seluruh kelompok barang dan jasa melambat, kecuali kelompok makanan minuman dan transportasi.
Secara bulan ke bulan, kenaikan inflasi terjadi pada pendidikan seiring masuknya tahun ajaran baru. Untuk komponen inflasi harga diatur pemerintah melanjutkan tren menurun ke angka 8,05% (yoy) dari sebelumnya 8,42% pada Juli 2023. (Z-5)