22 August 2023, 20:43 WIB

Belanja Terus Meningkat, Masyarakat Kelompok Bawah Mulai Gunakan Tabungannya


Fetry Wuryasti | Ekonomi

Antara
 Antara
Ilustrasi

MEMASUKI pertengahan Agustus 2023, belanja masyarakat sudah masuk ke fase yang relatif stabil, setelah normalisasi pasca Idul Fitri dan Idul Adha.

Dalam catatannya, Mandiri Spending Index (MSI) mencatatkan angka pada kisaran 164,4 pada 13 Agustus 2023. Bukti bahwa belanja masyarakat tumbuh 64,4% terhadap prapandemi sekitar Januari 2020.

Per bulan Juli 2023, secara bulanan, belanja masyarakat tumbuh 31,8%, dibandingkan dengan Juli 2022. Fase belanja masyarakat awal tahun ini hingga Agustus (year to date), sudah sama seperti tahun lalu, yaitu sudah masuk ke fase konsumsi berkelanjutan.

Baca juga : Ekonom: Hadapi El Nino, Inflasi Harus Dijaga Konsisten Rendah

Berdasarkan kategori kelompok masyarakat, aktivitas berbelanja kelompok masyarakat bawah masih sangat tinggi. Mereka yang memiliki rata-rata saldo tabungan di bawah Rp1 juta belanjanya itu tumbuh 66,2% di bulan Juli, indeks MSInya mencapai 193,8, dibandingkan 2022 yang berada di level 116,6.

Sementara konsumen kelompok menengah kelompok yang saldonya sekitar Rp1 juta hingga 10 juta, tingkat belanjanya tumbuh 35,96%. Indeks MSI kelompok ini berada di level 189,8% dibandingkan tahun lalu yang berada di level 139,6.

Baca juga : Ekspektasi Konsumen Berkurang Sikapi Kondisi Ekonomi 6 Bulan ke Depan

Sementara pada kelompok atas yaitu mereka yang sudah tabungannya di atas Rp10 juta, tingkat belanjanya tumbuh 18%, dengan indeks MSI berada di 147,6 dibandingkan tahun lalu di level 123,0.

"Belanja kelompok bawah cukup kuat, dan ini berhubungan pada saldo tabungan mereka terus menurun," kata Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono, pada Media Gathering Grup Ekonom Bank Mandiri, Selasa (22/8).

Pada kelompok masyarakat kelas bawah, kenaikan belanja mereka diikuti oleh penurunan tabungan. Mereka terus melanjutkan belanja pasca Lebaran. Akibatnya indeks saldo tabungan mencapai level terendah sejak Januari 2022 yaitu pada 83,0.

"Mungkin ini salah satu pergeseran mereka dari tabungan ke belanja," kata Yudo.

Kelompok menengah juga masih melakukan belanja pasca Lebaran, namun relatif terbatas dibanding kelompok bawah, dan melambat saat ini. Tingkat DPK mereka sedikit menurun pada periode tersebut, namun masih relatif sama dengan level Januari 2022 yaitu pada level 98,8.

 

Pola belanja

Pola belanja pada kelompok kelas atas mirip kelompok menengah, namun lebih terbatas. Konsekuensinya, tingkat DPK yang sempat turun sejak Oktober 2022 kembali meningkat sejak Juni 2023 dan mendekati level Januari 2022 di 97,3.

Walaupun masyarakat kelompok bawah belanjanya cukup kuat, tetapi secara ukuran nominal, kontribusi kelompok menengah dan atas cukup besar masing-masing 24% dan 62%. Sedangkan belanja kelompok bawah hanya berkontribusi 14% dari total belanja.

"Kami melihat indikasi karena kegiatan belanja itu sesuatu yang sulit untuk berubah dalam jangka pendek, jadi untuk memenuhi konsumsi, masyarakat kelas bawah mulai menggunakan tabungan," kata Yudo.

Kategori belanja barang tahan lama masih menunjukkan sinyal kenaikan, terutama dalam 3 minggu terakhir. Pada bulan Juli saja, belanja yang terkait dengan perlengkapan rumah tangga atau durable goods tumbuh 10,01% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

 

Consumer goods tumbuh 42%

Berdasarkan kategori belanja, consumer goods masih tumbuh 42% di bulan Juli 2023, yaitu belanja yang terkait supermarket, ritel, dan fesyen. "Ini menekankan bahwa mobilitas masih sangat tinggi," kata Yudo.

Tren frekuensi belanja juga meningkat cukup dramatis. Tercatat pada 13 Agustus MSInya mencapai 368,7%, sementara untuk nilai relatif stabil sejak pertengahan Juli di 13 Agustus 2023, indeksnya mencapai 164,4.

Secara tahunan, polanya hampir sama antara belanja di tahun 2023 dan tahun 2022. Ini kecuali terlihat pada tahun lalu biasanya pasca lebaran, belanja melambat hingga di bulan Juni 2022 menjadi titik terbawahnya.

Tetapi di tahun 2023, pasca lebaran, belanja di bulan Mei sudah berada di titik terendah, dari normalisasi pasca lebaran Idulfitri. Lalu setelah itu, mulai Juni, berlanjut di bulan Juli, aktivitas belanja terus meningkat. Secara volume, pola belanja juga sama, dimana belanja di bulan Juli 2023 tumbuh 27,8% secara volume.

Tren belanja di seluruh daerah dalam 3 minggu terakhir meningkat kecuali Pulau Jawa dan Sulawesi. Artinya aktivitas ekonomi masih cukup aktif di banyak daerah bahkan setelah liburan sekolah. Menariknya di Bali, meski dibandingkan dengan daerah-daerah lain relatif masih dalam pemulihan ekonominya, tetapi tren belanja di Bali terus meningkat.

"Jadi normalisasi yang biasanya terjadi di pasca liburan sekolah tidak terjadi di Bali," kata Yudo.

 

Belanja hiburan melambat

Untuk kategori belanja terutama yang sangat terkait dengan siklus, sudah mulai melambat. Kategori belanja yang melambat antara lain yang terkait dengan mobilitas, hiburan, leisure, walaupun masih tumbuh cukup tinggi.

Belanja mobilitas tumbuh 18,6%, terutama didorong oleh komponen belanja yang terkait dengan travelling seperti misalnya hotel atau transportasi jarak jauh dan juga penerbangan. Sementara itu belanja yang terkait dengan leisure meningkat 3,22%.

"Jadi terlihat memang berbeda dibandingkan mobilitas, leisure mulai mengalami normalisasi," kata Yudo.

Secara mingguan, belanja yang terkait BBM/gasoline ataupun transportasi masih cukup tinggi walaupun trennya dalam 2-3 minggu terakhir memang menurun cukup dalam.

Bila dibandingkan dengan sebelum pandemi belanja yang terkait BBM/gasoline tumbuh masih cukup tinggi, kecuali sektor penerbangan yang di awal liburan sekolah sempat meningkat ke era sebelum pandemi, tetapi belakangan mulai jatuh lagi 89,6% di awal di pertengahan Agustus 2023.

Lalu belanja yang terkait dengan olahraga termasuk juga pernak-perniknya serta hobi masih tumbuh cukup tinggi, sementara yang terkait dengan hotel melambat walaupun indeksnya masih di atas 100.

 

Belanja perhiasan turun cukup dalam

Belanja yang turun cukup dalam belanja yang terkait dengan perhiasan, emas, jam tangan dan sebagainya turun di bawah 100.

Sepanjang tahun 2023 dari Januari hingga 13 Agustus 2023, belanja yang mengalami akselerasi yaitu yang terkait dengan penerbangan tumbuh dari 53% di periode yang sama tahun lalu menjadi 71%.

"Begitu juga dengan belanja supermarket dan hobi secara tahunan pertumbuhannya mengalami akselerasi. Secara bulanan, tren belanja elektronik, sport, ponsel, perlengkapan rumah tangga tumbuh positif. Artinya ke depannya konsumsi ini akan masih cukup kuat," kata Yudo. (Z-4)

BERITA TERKAIT