30 June 2023, 13:13 WIB

Berkat KUR BRI, Usaha Lily Semakin Moncer


Siti Retno Wulandari | Ekonomi

MI/Siti Retno Wulandari
 MI/Siti Retno Wulandari
Butik Elemwe milik Lily Mariasari di Jl Balai Pustaka, Rawamangun

KEMUDAHAN akses pembiayaan atau permodalan menjadi salah satu tantangan yang kerap dihadapi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Salah satu bentuk permodalan yang menjadi sasaran pelaku UMKM yakni program Kredit Usaha Rakyat (KUR) karena lebih ramah dengan kantong dan bunga yang tak mencekik.

Program KUR ini juga yang membantu Lily Mariasari Widjaja terus mengembangkan usahanya yang memproduksi busana batik betawi hingga aksesori, Elemwe. 

Lily mengakui permodalan itu memang tidak dipakai untuk biaya produksi, namun lebih kepada pembiayaan sewa tempat hingga dekorasi.

Baca juga: Promosi Digital Bawa Produk Elemwe Mengglobal

"Awalnya, saya pinjam Rp500 juta untuk sewa tempat, dekorasi dan lainnya. Hingga saat ini, pilihan masih jatuh ke BRI untuk peminjaman dana KUR, karena prosesnya mudah dan bunganya tidak tinggi, paling bagus dia (BRI) memang," kata Lily saat ditemui di butiknya, Rabu (28/6).

Meskipun tidak untuk pembiayaan produksi, menyewa dan mendekor tempat kerja dan butik secara apik juga menjadi nilai tambah dan meningkatkan kepercayaan pembeli untuk datang hingga bekerja sama. 

Baca juga: Kisah UMKM Telur Asin yang Jalani Bisnis Berlandaskan Gotong Royong

Suasana butik Lily memang tidak glamor, namun teduh dan nyaman. Berkonsep minimalis pada bangunan layaknya rumah tinggal, Lily memajang hasil karyanya dengan apik, banyak namun tak membuat ruangan terasa penuh atau sumpek.

Berkreasi di masa pandemi

Jika banyak usaha yang lesu kala pandemi melanda, tidak begitu dengan Lily dan Elemwe. Meski produk utamanya mengalami penurunan penjualan, dengan inovasi dan kreasi, Lily bisa tetap membantu para pengrajinnya tidak mati. 

Lily mulai memproduksi masker dari kain batik motif betawi, kemudian strap mask yang dibuat oleh para kaum disabilitas, topi yang dilengkapi dengan face shield hingga sajadah lipat.

"Pesanan datang dari Kalimantan dengan 500 tas kain lipat, Papua 500 masker kain. Mereka semua datang ke sini saat pandemi, datang lihat kantor dan toko kami benar ada atau tidak, seperti apa kantornya. Karena nilai pembeliannya mencapai miliaran, jadi yaa mereka ingin tahu benar atau tidak usaha ini," ungkap jebolan LaSalle College Jakarta ini.

Dengan itu dapat dikatakan, tempat yang baik akan merepresentasikan suatu usaha. Penyaluran KUR yang dipakai untuk biaya dekorasi hingga persewaan tempat juga memberikan dampak pada transaksi penjualan.

"Saat yang lain hancur-hancuran, butik kami ramai meskipun isinya penuh masker, tetapi memang seperti itu agar bisa tetap hidup. Ini juga dibantu the power of social media, pasar jadi tahu soal Elemwe dan apa saja produknya," tukas Lily.

Kini, Elemwe bahkan sudah melakukan ekspor ke Tokyo, Jepang. Sementara untuk pembelian personal sampai ke Amerika Serikat (AS) dan London. Sampai hari ini, Lily masih memasok untuk pasar Tokyo setiap bulannya sebanyak 300 item, mulai dari busana hingga aksesori.

"Target saya hingga pasar Eropa, kemarin hampir sempat mau ke Pasar Tongtong lalu muncul pandemi," pungkas perempuan yang memilih warna-warna teduh dan alam untuk kain batik motif betawinya. (Z-1)

BERITA TERKAIT