Setiap orang memiliki hobi yang berbeda-beda. Salah satu yang terbaik adalah yang bisa memadukan hobi itu dengan peluang hingga menghasilkan keuntungan. Itulah yang dilakukan Yunia, perempuan asal Padang, Sumatra Barat, yang kini menetap di Bekasi, Jawa Barat.
Kesukaannya terhadap kerajinan tangan membawanya pada sebuah bisnis yang begitu menjanjikan, yaitu florist atau penjual bunga. Yunia fokus pada bunga sintetis yang menurutnya lebih disukai masyarakat karena ketahanan yang lebih kuat ketimbang bunga asli.
Yunia baru memulai usahanya saat pandemi covid-19 melanda. Saat itu, ia masih bekerja di sebuah yayasan di Bekasi. Namun, karena adanya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), jam kerjanya dikurangi dan ia jadi lebih sering berada di rumah.
Dari situ, ia berpikir untuk menyibukkan diri dan mulai merangkai bunga-bunga. Pada awalnya, Yunia tidak berniat menjual hasil karyanya. Namun, suatu ketika, ada tetangganya yang melihat dan tertarik untuk membeli rangkaian bunganya.
Dari situ, ia mulai berorientasi menjadi produsen dan penjual bunga sintetis. Yunia kemudian memasarkan produknya dengan jenama Anfira Florist.
Semesta pun mendukung. Ketika pertama kali menajajakan bunga di daerah Grand Wisata Bekasi, bunga-bunganya habis terjual tidak lebih dari lima jam.
“Waktu itu saya dapat Rp1,8 juta. Saya kaget bisa langsung laku semua. Dari situ saya semakin semangat untuk serius di usaha ini,”
ujar Yunia di Panen Hadiah Simpedes yang digelar di BRI Bekasi Kota, Jawa Barat, Sabtu (24/6).
Bunga yang dihasilkan Yunia memiliki bentuk dan harga yang beragam, mulai dari yang kecil dan sederhana seharga Rp10 ribu sampai yang besar dan rumit dengan nilai jutaan rupiah.
“Yang paling murah itu Rp10 ribu. Yang paling mahal bisa Rp2 juta. Kadang-kadang kita juga buat sesuai premintaan. Kalau pembeli mau lebih dari itu, kita buatkan. Jadi bisa tergantung pesanan,” tutur perempuan yang kini menjadi mitra UMKM Bank Rakyat Indonesia (BRI) itu.
Saat ini, Yunia mengaku bisa memperoleh penghasilan di kisaran Rp10 juta sampai 25 juta per bulan. Ia menyadari bahwa bunga sintetis bukanlah keperluan sehari-hari sehingga fluktuasi penjualan kerap terjadi. Namun, menurutnya, itu tidak menjadi persoalan.
“Penghasilan terbesar itu ketika Ramadan tahun lalu. Bunga saya laku sampai Rp27 juta dalam sebulan. Orang banyak beli karena untuk hiasan lebaran,” tandasnya. (Z-11)