MENTERI Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengusulkan pagu anggaran sebesar Rp14 triliun pada RAPBN 2024 mendatang. DPR menyoroti turunnya pagu indikatif anggaran pertanian jika dibandingkan APBN Tahun 2023 yang sebesar Rp15 triliun.
Anggaran tersebut sedianya dipergunakan untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri.
“Berdasarkan Pagu Kementan TA 2024 sesuai Surat Bersama (SBPI) Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor : B.292/M.PPN/D.8/PP.04.02/04/2023 & 5-28//MK.02/2023 tanggal 10 April 2023 ditetapkan pagu anggaran sebesar Rp14,66 Triliun,” ujarnya dalam rapat kerja dengan komisi IV DPR RI pada Selasa (13/6).
Baca juga : Kemendikbud Ristek Dapat Pagu Rp81,79 T untuk RKP dan Pagu Indikatif 2024
Turunnya anggaran pertanian tersebut mendapat sorotan dari anggota Komisi IV DPR RI. DPR menyayangkan turunnya anggaran lantaran ancaman terhadap sektor pertanian sangat krusial terutama dalam waktu dekat Indonesia dihadapi oleh el nino.
“Kita sudah melihat data dan rilis media el nino mengancam luar biasa terhadap produktivitas pertanian. Apakah kementerian dan lembaga terkait sudah melakukan hitung-hitungan berapa persentase produktivitas kita akan menurun dampak dari el nino,” cetus anggota DPR dari Fraksi Nasdem, Yessy Melania.
Baca juga : Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu Usulkan Pagu Indikatif 2024 Sebesar Rp7,33 Triliun
Lebih jauh, dirinya menyoroti kebijakan beberapa negara tetangga yang telah membatasi ekspor bahan pangan ke negara lain, salah satunya Indonesia.
“Anggaran kita turun terus sementara kompleksitas, dan kewajiban kita semakin tinggi,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan anggota DPR dari Fraksi PKS Andi Pasluddin. Turunnya pagu anggaran pertanian Indonesia memperlihatkan ketidakberpihakan pemerintah.
Bahkan, menurutnya pagu indikatif anggaran 2024 harus dinaikkan sebanyak Rp3 triliun. Dirinya menyoroti anggaran dana harus dialokasikan pada produk strategis pangan mengingat sektor pertanian yang bertahan pada masa Covid-19.
“Menurut saya (anggaran) dialokasikan untuk meningkatkan produk-produk strategis yang hari ini masih tergantung impor. kedua harus diberikan anggaran yang lebih besar pada pengendalian penyakit hewan. ketiga peningkatan kapasitas penyuluh kita,” jelasnya. (MGN/Z-4)