19 April 2023, 17:25 WIB

Lagi, Bank Sentral Tiongkok Suntikkan Uang Tunai Rp371 Triliun


Fetry Wuryasti | Ekonomi

AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV
 AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV
Uang kertas Yuan Tiongkok dan dolar Amerika Serikat.

BANK Sentral Tiongkok kembali menyuntikkan uang tunai untuk jangka menengah ke dalam sistem perbankannya yang sudah dilakukan sejak November 2022 lalu. Hal itu memberikan tanda bahwa para pembuat kebijakan sedang mengamati efek dari pelonggaran di masa lalu.

Sejauh ini pemulihan ekonomi tampak sudah berada di jalur yang benar. Diketahui, Bank Sentral Tiongkok kembali memberikan 170 miliar yuan atau US$25 miliar (Rp371,79 triliun, kurs Rp14.871,8) dana kepada perbankan melalui fasilitas pinjaman jangka menengah.

"Ini merupakan nilai yang terkecil sejak bulan November. Sejauh ini tingkat suku bunga jangka pendek Tiongkok masih belum berubah, tetap bertahan di 2,75%," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu (19/4).

Baca juga : Ekonomi Tiongkok Tumbuh Jauh Lebih Baik dalam Triwulan I

Bank Sentral Tiongkok tengah memberikan likuiditas yang jauh lebih kecil, karena ingin melakukan evaluasi dampak dari stimulus yang sudah diberikan. Mereka juga sudah menyiapkan lebih banyak uang tunai untuk mendukung pertumbuhan.

Pemulihan ekonomi secara data masih berlangsung. Ekspansi kredit meningkat dan ekspor melebihi ekspektasi. Target pertumbuhan Tiongkok berada di kisaran 5% pada 2023, dan diharapkan dapat tercapai karena pasar properti mulai membaik.

Baca juga : Ini Bahaya dari Permintaan Tiongkok Gunakan APBN sebagai Jaminan Proyek Kereta Cepat

Gubernur Bank Sentral Tiongkok, Yi Gang mengatakan pihaknya juga memotong rasio cadangan yang diperlukan untuk pemberi pinjaman. Mereka telah mengeluarkan dana sekitar 500 miliar yuan untuk pendanaan jangka panjang di dalam sistem keuangan.

"Ini merupakan salah satu upaya Tiongkok untuk memastikan ada cukup likuiditas yang tersedia di pasar yang dapat membantu menstabilkan biaya pinjaman yang masih berada di bawah tekanan karena proses pemulihan ekonomi masih terjadi," kata Nico.

Bank Sentral Tiongkok saat ini melihat perekonomian masih dalam tahap pemulihan dari tekanan yang datang dari permintaan yang berkontraksi, krisis pasokan, hingga ekspektasi yang melemah.

"Dengan situasi dan kondisi tersebut, kami yakin pengetatan kebijakan moneter belum akan terjadi. Pemulihan ekonomi yang belum solid, membutuhkan kehati-hatian agar tidak melukai pemulihan yang sudah ada, dan mengakselerasi tingkat pemulihan," kata Nico.

Pelaku pasar dan investor membutuhkan data pertumbuhan ekonomi Tiongkok untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan sebenarnya dari ekonomi Tiongkok.

"Pelaku pasar berekspektasi tinggi terhadap pembukaan kembali ekonomi Tiongkok yang dapat mendorong pemulihan ekonomi global. Meski kami masih tidak yakin pemulihan ekonomi itu terjadi secara masif," kata Nico. (Z-4)

 

BERITA TERKAIT