08 March 2023, 17:27 WIB

Stok Pangan Jadi Bahasan BOD Media Indonesia Saat Kunjungi Badan Pangan Nasional


Amelia Narasoma | Ekonomi

MI/Moh Irfan
 MI/Moh Irfan
BOD Media Indonesia bertemu dengan Badan Pangan Nasional, di Jakarta, Selasa (7/3).

BOARD of Director Media Indonesia melakukan kunjungan ke Badan Pangan Nasional membahas ketersediaan pangan saat ini di Kantor Badan Pangan Nasional, Jakarta, Selasa (07/3). 

"Jumlah stok cadangan pangan di BUMN yang kita punya banyak yang kosong. kedelai, Cabai, Daging Ayam, Jagung, Bawang Merah, Bawang Putih, Telur ayam, dan Ikan untuk saat ini kosong. Sangat jauh dengan kebutuhan kita per bulan yang mencapai berton-ton," ujar Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Arief Prasetyo Adi kepada Direktur utama Media Indonesia Gaudensius Suhardi dan jajaran BOD Media Indonesia.

Arief mengatakan saat ini Badan Pangan Nasional sedang berprogres untuk penguatan cadangan pangan pemerintah dalam rangka Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Di mana masing-masing komoditas  ditargetkan bisa mencapai 5-10% dari kebutuhan market share nasional untuk dapat intervensi harga pasar. 

Baca juga: Gus Muhaimin Apresiasi Bapanas Cabut SE HET Gabah dan Beras

"Saya sudah ngobrol sama Presiden dan lembaga terkait, saya kumpulkan semua. Bahkan dengan pihak BULOG saya minta anggaran ke Kemenkeu agar bisa secepatnya bisa meningkatkan kebutuhan stok pangan," lanjut Arief. 

Selain itu, kata Arief, pihaknya memperhitungkan potensi produksi beras nasional. Pasalnya harga beras mengalami pelonjakan yang signifikan. 

Baca juga: Bertolak Ke Inggris, Mendag 'Jualan' Kopi

"Merasa jika harga beras mahal? Merasa kan orang gaduh karena harga beras? Itu berarti ada masalah. Itu produksinya ada, cuma penyerapannya yang bermasalah dan sumbernya ini adalah uang," tegas Arief. 

Indonesia, ungkap Arief, membutuhkan produksi beras khusus dan tidak membutuhkan beras mati. Dalam kondisi saat ini, impor beras juga sangat dibutuhkan, asalkan volume impor tidak lebih dari 10%. 

"Kita membutuhkan beras khusus, tidak bisa memproduksi beras mati dan kita buth impor, yang penting volumenya tidak lebih dari 10%," lanjutnya. 

Badan Pangan Nasional masih menantikan panen raya agar rencana penyerapan BULOG dapat dilakukan sebanyak-banyaknya. Biasanya panen raya terjadi pada bulan Maret, April, hingga Mei. 

Dalam hal ini, akurasi dan presisi sangat dibutuhkan untuk mengatur stabilitas pangan. Sampling, kata Arief, sangat dibutuhkan untuk mempertahankan presisi yang baik, hingga nantinya bisa melihat kondisi di lapangan dan memutuskan aksi apa yang harus dilakukan. 

"Akurasi dan presisi harus dibenahi, kita harus mempertahankan presisi yang bagus, jika jelek datanya tidak dipakai. Ini bisa menelisik alasan kenapa adanya faktor kegagalan sebagai produsen," pungkas Arief.  (Z-3)

BERITA TERKAIT