29 December 2022, 08:52 WIB

Tetap Optimistis Hadapi Ketidakpastian Global


Ihfa Firdausya | Ekonomi

Dok.MI
 Dok.MI
Seminar Outlook Perekonomian 2023 bertajuk Menjaga Resiliensi Ekonomi Melalui Transformasi Struktural, di Jakarta, pekan lalu.

PEMERINTAH mengingatkan semua pihak agar tetap optimistis dan waspada dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global pada 2023. Namun, diperlukan pula koordinasi dan sinergi secara erat semua pihak agar kita mampu keluar dari ketidakpastian tersebut dan bahkan bangkit lebih kuat.

Seperti diketahui, proyeksi ekonomi global terus dikorek­si ke bawah. Disrupsi rantai pasok menyebabkan kenaikan inflasi global dan berbagai lembaga di dunia menaikkan probabilitas krisis ekonomi karena berbagai downside risks yang ada.

“Berbagai dinamika global jadi pengingat untuk kita bahwa kita tetap optimistis, tapi harus terus waspada. Saat pandemi covid-19 pertama kali melanda, kita juga dihadapkan pada kondisi ketidaktahuan dan ketidakpastian yang tinggi. Namun, dengan diskusi, rembuk bersama, serta kerja keras, kita bisa melalui itu. Keberhasilan itu bisa menjadi lesson learned yang berharga bahwa koordinasi dan sinergi yang erat mampu membawa kita keluar dan bahkan bangkit lebih kuat,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ketika memberikan opening speech pada Seminar Outlook Perekonomian 2023 bertajuk Menjaga Resiliensi Ekonomi Melalui Transformasi Struktural, di Jakarta, pekan lalu.

Seminar yang diselenggarakan Kemenko Bidang Perekonomian itu membahas perkembangan, strategi kebijakan, dan antisipasi atas kondisi ekonomi ke depan. Selain Airlangga Hartarto, hadir pula Presiden Joko Widodo sebagai keynote speech.

Pembicara lainnya ialah Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, ekonom Muhammad Chatib Basri, Wakil Menteri Keuangan yang juga Ketua Satuan Tugas UU Cipta Kerja Suahasil Nazara, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah.

Baca juga: Rebranding, PTK Siap Jadi Penyedia Tenaga Maritim Skala Global

Airlangga menambahkan, seminar nasional lintas kementerian seperti ini dapat menjadi wadah diskusi produktif dan sumber referensi yang valid terkait dengan kondisi perekonomian domestik, regional, dan global.

“Dengan demikian, seluruh stakeholder bangsa dapat membangun pemahaman yang sama atas peluang serta tantangan yang dihadapi bersama, terutama dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional serta mencapai pembangunan ekonomi yang lebih berkelanjutan,” kata Airlangga.

Pada kesempatan itu, Menko Airlangga juga memaparkan bahwa kepemimpinan Presiden Jokowi dapat membawa Indonesia bersama para pemimpin G20 menghasilkan beberapa komitmen strategis yang dituangkan melalui G20 Bali Lea­ders’ Declaration.

Beberapa di antaranya pandemic fund untuk mengatasi pandemi di masa depan sebesar US$1,5 miliar, special drawing right (SDR) oleh IMF dalam bentuk resilience and sustainability trust (RST) sebesar US$81,6 miliar, dan mendorong komitmen perubahan iklim pada Glasgow Pact dari negara maju sebesar US$100 miliar per tahun.

Selanjutnya, tentang kelanjutan komitmen untuk memastikan setidaknya 30% dari daratan di dunia dan 30% dari laut dunia dikonservasi atau dilindungi pada 2030. Adapun yang terakhir mengenai kelanjutan komitmen untuk mengurangi degradasi tanah secara suka­rela sampai 50% pada 2040.

Syarat utama

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa perubahan struktural secara konstruktif adalah syarat utama agar bangsa Indonesia tidak mudah digoyahkan oleh situasi gejolak global.

Presiden juga memberikan sejumlah arahan agar ekonomi nasional tetap tangguh menghadapi berbagai tantangan ke depan, antara lain melalui sinergi dalam bidang fiskal, moneter, dan sektor riil, juga menjaga daya beli masyarakat, meningkatkan ekspor, meningkatkan investasi, serta memperluas hilirisasi dan ener­gi hijau.

Elaborasi lebih dalam dari arahan dan pandangan Presiden Jokowi itu lalu dilanjutkan dengan dua sesi high level panel. Sesi pertama membahas strategi menjaga resiliensi ekonomi melalui transformasi sektor keuangan. Sesi ini menghadirkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo, dan Ketua OJK Mahendra Siregar, juga Chatib Basri selaku perwakilan ekonom.

Dalam sesi pertama tersebut terungkap bahwa dengan ke­siapan ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan yang ada, Indonesia diperkirakan jadi the bright spot in Asia. Ekonomi Indonesia akan tetap resilient meski ekonomi global akan diselimuti dengan kabut tebal. Namun, yang perlu diperhatikan ialah keberhasilan itu hanya akan diperoleh dengan kerja keras seluruh elemen bangsa.

Adapun sesi panel 2 yang membahas strategi implementasi transformasi struktural melalui kemudahan berusaha untuk menggerakkan sektor riil menghadirkan Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, dan Ketua Satgas UU Cipta Kerja Suahasil Nazara, serta Ketua Umum Kadin Indonesia M Arsjad Rasjid.

Pada sesi kedua tersebut terungkap bahwa reformasi struktural melalui implementasi UU Cipta Kerja akan memberikan kemudahan berusaha sehingga dapat meningkatkan iklim investasi, produktivitas, dan penciptaan lapangan kerja. Sosialisasi UU Cipta Kerja ini pun terus dipercepat sehingga bisa membangun kepercayaan pelaku usaha untuk berinvestasi di Indonesia. (RO/S3-25)

 

BERITA TERKAIT