PRESIDENSI G20 Indonesia selama setahun telah mengupayakan berbagai solusi terbaik untuk permasalahan global. Kesuksesan penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia ditandai dengan keberhasilan mengadopsi dan mengesahkan Deklarasi Pimpinan G20 atau G20 Bali Leaders’ Declaration, Rabu (16/11) lalu, di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Selain deklarasi, juga dihasilkan concrete deliverables yang berisi daftar proyek kerja sama negara anggota G20 dan negara undangan, yang akan membantu membumikan kerja G20 lebih dekat dengan rakyat.
“Alhamdulillah, kita dapat mengadopsi dan mengesahkan G20 Bali Leaders’ Declaration. Ini adalah deklarasi pertama yang dapat diwujudkan sejak Februari 2022. Saya juga ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh Working Groups dan Engagement Groups atas dedikasi, sumbangan pemikiran, dan kontribusinya bagi Presidensi G20 Indonesia,” ucap Presiden RI Joko Widodo, dalam penutupan KTT G20 yang dihelat di Hotel Apurva Kempinski, Rabu (16/11).
Kesuksesan penyelenggaraan Presidensi G20 Indonesia di tengah berbagai krisis dan tantangan global ini juga telah mendapatkan apresiasi dari banyak negara. Indonesia merupakan satu-satunya negara yang mewakili Asia Tenggara dan menjadi salah satu poros negara berkembang dalam forum G20.
Indonesia sukses menjadi penengah dan menghasilkan deklarasi yang dapat diadopsi semua negara anggota dalam KTT G20 Indonesia. Bahkan majalah The Economist menyebut Indonesia sebagai “Asia’s Overlooked Giant”.
Bagi Indonesia, adanya Presidensi G20 Indonesia membuat laju ekonomi nasional pada dua kuartal terakhir yang terus bertumbuh (5,72% yoy) melampaui ekonomi negara maju seperti Tiongkok (3,9% yoy) dan Amerika Serikat (1,8% yoy). Terjadi pula peningkatan PDRB pada sejumlah kota tempat penyelenggaraan event G20.
LAJU EKONOMI TUMBUH: Menko Perekonomian Airlangga berbincang dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di sela summit. Bagi Indonesia, adanya Presidensi G20 Indonesia membuat laju ekonomi nasional pada dua kuartal terakhir terus tumbuh (5,72% yoy) melampaui ekonomi negara maju seperti Tiongkok (3,9% yoy) dan Amerika Serikat (1,8% yoy).
Dari sisi hubungan internasional, Indonesia semakin dipercaya menjadi aktor penting dalam kancah internasional. Meningkatnya posisi Indonesia ini dapat mendorong kemajuan-kemajuan dalam berbagai sektor perekonomian Indonesia.
“Negara-negara besar sudah melihat bahwa ekonomi terbesar di dunia saat ini yang masih positif, atau istilah dari Kristalina, the bright spot in dark adalah Indonesia dan ASEAN. Dengan demikian, alternatif investasinya, melihat Indonesia stabil secara politik dan stabil untuk regulasi, rule of law dari investment. Jadi ini kesempatan bagi Indonesia berada di dalam panggung dunia,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto selaku Ketua I Bidang Sherpa Track G20, Rabu (23/11).
Selain itu, dalam pelaksanaan KTT G20 Indonesia terdapat momen launching komitmen kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat dalam skema Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII). Dalam skema PGII, mobilisasi pendanaan dari Amerika Serikat selama lima tahun ke depan untuk pembangunan infrastruktur di negara berkembang mencapai besaran USD600 miliar.
Indonesia juga telah memperoleh komitmen dari Just Energy Transition Progam (JETP), dimana negara-negara G7 menyediakan dana USD20 miliar atau sekitar Rp311 triliun selama 3 sampai 5 tahun ke depan untuk membiayai proyek-proyek yang mendukung penurunan emisi.
Perlu diketahui bahwa sebelum KTT G20 dihelat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama Kementerian Luar Negeri juga sukses menghelat Sherpa Meeting IV di Bali, 11-14 November 2022. Pertemuan yang dihadiri seluruh Delegasi Sherpa G20 dan perwakilan organisasi internasional tersebut berhasil menyusun draft Leaders’ Declaration dari sisi Sherpa Track, sebagai bagian penting dalam G20 Bali Leaders’ Declaration.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa krisis yang dihadapi dunia saat ini penuh risiko dan rintangan. Jadi, para Pemimpin Negara G20 mengandalkan para Sherpa atas kebijaksanaan, solusi, dan inovasi untuk pemulihan ekonomi global dan menghasilkan versi terbaik dari Deklarasi Pemimpin G20 yang menunjukkan kolaborasi global,” terang Menko Airlangga secara virtual dalam Sunset Welcome Reception, Jumat (11/11).
Menko Airlangga menyatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia terbilang tidak mudah untuk dilaksanakan, karena dimulai ketika pandemi Covid-19 masih berlangsung. Hal ini ditambah konflik Rusia dan Ukraina. Oleh karena itu tak berlebihan jika Presidensi G20 Indonesia, khususnya KTT G20 Bali merupakan Presidensi G20 terbesar sepanjang sejarah.
“Saya bersyukur dan terharu, segala dinamika dan kerja keras Sherpa Track selama satu tahun telah terbayarkan. Semoga solusi yang ditawarkan bermanfaat untuk seluruh rakyat Indonesia dan negara-negara di dunia,” ujar Menko Airlangga (ltg/iqb/OL-09)