STOK beras di 24 provinsi Indonesia sebanyak 610.632 ton. Bulog akan memanfaatkan hal tersebut dan terus berkomunikasi dengan perwakilan Bulog di wilayah penghasil.
"Kami akan memanfaatkan tentunya dan sudah komunikasi dengan perwakilan di seluruh wilayah penghasil. Insyaallah tidak sulit bagi kita untuk melakukan komunikasi dengan seluruh penggilingan yang disebutkan," kata Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal kepada Media Indonesia, Rabu (30/11).
Dengan data yang diberikan oleh Kementerian Pertanian tersebut, perwakilan Bulog di daerah juga sudah menindaklanjuti informasi tersebut. Bulog juga sudah menyiapkan dana untuk membeli beras tersebut secara komersial.
"Kami sudah sampaikan perwakilan Bulog di daerah untuk ditindaklanjuti dan itu langsung, tanpa perlu lama karena kami ada di seluruh wilayah Indonesia. Dana juga sudah disiapkan sesuai dengan harga dan kualitas," ujarnya.
Untuk harga sendiri, Awaludin menjelaskan, harga di setiap daerah penghasil sangat variatif dengah harga komersial berkisar Rp10.000 sampai Rp10.200. "Harga variatif karena dibeli secara skema komersial dan skema komersial mengikuti harga pasar. Jadi ada yang Rp9.700 sampai Rp10.000, kemudian ada yang Rp10.000 sampai Rp10.200. Itu semua tergantung kualitas dan harga pasar di wilayah tersebut dan kami sudah menyiapkan dananya," tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian menyampaikan informasi sebanyak 610.632 ton beras di penggilingan 24 provinsi Indonesia tersedia dan siap untuk diserap oleh Bulog guna memenuhi stok beras baik Cadangan Beras Pemerintah (CBP) maupun komersial. Kementerian Pertanian juga melayangkan surat resmi ke Direktur Utama Perum Bulog mengenai data beras berikut lokasinya secara terperinci.
Selain itu, terkait dengan permintaan Komisi IV DPR terkait pemenuhan cadangan beras pemerintah, Bulog akan terus mengupayakan untuk memenuhi itu dengan cara melakukan pembelian dalam negeri ataupun impor jika beras dalam negeri tidak mencukupi. "Semua usaha pasti kami lakukan untuk pemenuhan cadangan beras pemerintah tersebut dengan menyerap dari dalam negeri dan jalan terakhir impor," ujar Awaludin. (OL-14)