KEMENTERIAN Keuangan (Kemenkeu) mengatakan bahwa banyak sekali capaian yang dihasilkan Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di tengah kondisi yang sangat menantang.
"Indonesia berhasil memposisikan dirinya sebagai pembawa damai. Memang masih besar pertentangan yang terjadi. Namun, kita bisa membawa kesepakatan strategis untuk menjaga perekonomian dunia," ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu, Minggu (6/11).
Beberapa capaian yang dihasilkan dalam pertemuan G20, termasuk Global Collaboration Initiative To Tackle Food Insecurity. Dalam hal ini, pertemuan G20 menugaskan Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Bank Group (WBG) untuk memberikan hasil pemetaan atas isu kerawanan pangan.
Isu tersebut sudah dikonsolidasikan dengan masukan dari technical experts dan organisasi internasional lainnya pada Pertemuan Musim Semi 2023. "Pemetaaan ini bertujuan mengidentifikasi kesenjangan atas global responses dalam mengatasi isu kerawanan pangan," imbuhnya.
Baca juga: Menkominfo: Suksesi KTT G20 Tanggung Jawab Semua
"Berikut gizi serta pendanaan, mengkaji isu ketersediaan dan permintaan pupuk, membangun Sistem Informasi Pasar Pertanian (AMIS) G20 dan mengidentifikasi berbagai masalah jangka menengah yang memerlukan analisis teknis dan sistemik lebih lanjut," jelas Febrio.
Lebih lanjut, inisiatif global maupun regional yang tercatat di antaranya food security response dan global platform for private sector intervention Bank Dunia masing-masing sebesar US$30 miliar dan US$6 miliar.
Kemudian, program Food Shock Window IMF, program addressing food security ADB sebesar US$14 miliar dan program food security response dari IsDB sebesar US$10,5 miliar. Capaian kedua ialah Financial Intermediary Fund US$1,4 Miliar, untuk Pandemic Prevention Preparedness And Response.
Dalam hal ini, dilakukan pembentukan Financial Intermediary Fund (FIF) untuk pembiayaan Kesiapsiagaan, Pencegahan, dan Respon pandemi dengan komitmen (pledge) lebih dari US$1,4 miliar dalam rangka memperkuat Asitektur Kesehatan Global.
Baca juga: Forum R20 Soroti Praktik Persekusi Kelompok Minoritas
"Pembentukan FIF diberikan nama secara resmi, yaitu “The Pandemic Fund”. Diluncurkan secara resmi Presidensi G20 Indonesia pada 13 November 2022. The Pandemic Fund sedang melengkapi berbagai perangkat operasionalnya dalam rangka melakukan Call for Proposal (Proposal Pendanaan) perdananya," ujarnya.
Dewan Pengatur (Governing Board) dari The Pandemic Fund ini terdiri dari unsur-unsur para Donor, Negara Calon Penerima Pendanaan, dan juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional. Indonesia direpresentasikan oleh M. Chatib Basri, bersama dengan Menteri Kesehatan Rwanda Daniel Ngajime, yang saat ini menjadi Co-Chairs dari Dewan Pengatur The Pandemic Fund.
Ketiga, ditetapkan Transition Finance Framework yang mendukung implementasi Country Platform for Energy Transition Mechanism For a Just and Affordable Transition. Pengembangan Indonesian Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform dalam mendukung percepatan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara.
Berikut, pengembangan energi terbarukan untuk mempercepat transisi kepada energi yang lebih ramah lingkungan menuju nol emisi karbon (net zero emission) dengan mekanisme adil dan terjangkau (a just and affordable). "Capaian keempat, Resilience and Sustainability Trust, US$81,6 Miliar to support countries in need," jelas Febrio.
Baca juga: Kapolri Tinjau Kesiapan Command Center Polda Bali Jelang G20
"SDR Allocation channeling sebesar US$81.6 miliar dari target sebesar US$100 miliar untuk membantu negara-negara yang membutuhkan antara lain melalui implementasi Resilience and Sustainability Trust (RST)," sambungnya.
Capaian kelima ialah Common Framework for Debt Treatment dengan pembentukan Creditors’ Committee. Telah disetujui pembentukan Creditors Committee dalam Common Framework (CF) untuk membantu restrukturisasi utang di Zambia, serta melanjutkan proses negosiasi Creditors Committee untuk Chad dan Ethiopia.
"Tahapan tersebut merupakan wujud nyata G20 dalam membantu negara miskin menghadapi tingginya tingkat utang karena krisis global. G20 juga menyerukan langkah-langkah pelaksanaan CF selanjutnya agar lebih tepat waktu, teratur dan terkoordinasi," terang Febrio.
Keenam, Capital Adequacy Framework (CAF) Review-Support to Strengthen Debt Sustainability. Telah disepakati penerbitan hasil laporan Panel Independen atas MDBs’ CAF Review untuk mendorong penguatan peran dan kapasitas pendanaan Multilateral Development Banks (MDBs). Khususnya, dalam menghadapi berbagai krisis, seperti pandemi covid-19 dan perubahan iklim.(OL-11)