30 September 2022, 08:45 WIB

Indonesia Termasuk Negara Berpotensi Resesi, Ini Penyebab dan Pengaruh Resesi


Meilani Teniwut | Ekonomi

Dok MI
 Dok MI
Grafis resesi

AKHIR-AKHIR ini, kata resesi menjadi perbincangan hangat mulai dari media massa, televisi, dan portal berita. Apa lagi, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan bahwa dunia akan jatuh dalam resesi pada tahun depan. Hal itu sudah terlihat dari kebijakan pengetatan moneter berupa kenaikan suku bunga acuan di bank sentral sejumlah negara.

"Bank Dunia sudah menyampaikan kalau bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, maka dunia pasti mengalami resesi pada 2023. Inilah yang sekarang sedang terjadi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Senin (27/9) lalu. 

Dalam laporan Global Economic Prospect June 2022 (GEP), Bank Dunia menjelaskan tekanan inflasi yang begitu tinggi di banyak negara tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. 

Baca juga: IHSG Ditutup Melemah akibat Kekhawatiran Resesi Terjadi

Lalu, tahukah Anda pengertian resesi ? Berikut ini adalah penjelasan lengkap resesi yang perlu kalian simak. 

1. Apa itu resesi?

Resesi sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu yang stagnan dan lama, dimulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi juga berarti kontraksi besar-besaran dalam hal kegiatan ekonomi.

Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami peningkatan dalam jumlah pengangguran, penurunan ritel, produk domestik bruto (PDB) yang negatif, dan terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Dampaknya sendiri mulai dari perlambatan ekonomi yang akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Kinerja instrumen investasi yang akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang aman hingga melemahnya daya beli masyarakat karena mereka cenderung lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan pokok terlebih dahulu.

2. Penyebab resesi ekonomi

Setelah memahami pengertian dari resesi, kali ini, kita akan membahas tentang penyebabnya. 

Seperti yang kita ketahui bersama resesi merupakan periode penurunan aktivitas ekonomi yang umumnya ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam dua kuartal berturut-turut. 

Beruntung, hingga saat ini, Indonesia belum masuk ke dalam kondisi resesi. Meski demikian, mari mengenal lebih dekat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan resesi ekonomi pada suatu negara:

1. Inflasi 

Penyebab utama resesi adalah inflasi yang merupakan  proses meningkatnya harga secara terus-menerus. Inflasi sesungguhnya bukan hal yang buruk, namun inflasi yang berlebihan masuk ke dalam kategori berbahaya sebab akan membawa dampak resesi.

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) sendiri mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi kemudian menekan aktivitas ekonomi. Meskipun menaikkan suku bunga juga beresiko mengakibatkan resesi.

2. Deflasi berlebihan

Meskipun inflasi yang tidak terkendali dapat menyebabkan resesi, deflasi dapat memberikan dampak yang lebih buruk. Deflasi merupakan kondisi saat harga turun dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.

Deflasi sendiri lebih berdampak kepada para pemilik usaha (penyedia barang maupun jasa). Ketika individu dan unit bisnis kemudian berhenti mengeluarkan uang hal ini kemudian akan berdampak pada rusaknya ekonomi.

Penyebab deflasi sendiri di antaranya adalah terjadinya jumlah produksi yang membludak secara bersamaan dari beberapa perusahaan, juga menurunnya permintaan produksi sebuah produk, serta menurunnya jumlah uang yang ada di pasaran.

3. Guncangan ekonomi yang terjadi tiba-tiba

Misalnya masalah yang datang tiba-tiba yang dapat menimbulkan kerusakan finansial yang serius. Salah satu contohnya wabah virus covid-19 yang mematikan ekonomi di seluruh dunia.

4. Banyaknya utang

Saat memiliki terlalu banyak hutang, baik itu individu maupun bisnis, biaya untuk membayar utang dapat meningkat pada titik di mana mereka kesulitan membayar tagihan. Meningkatnya utang dan kebangkrutan kemudian dapat membalikkan perekonomian.

5. Gelembung aset

Ekonomi yang buruk dapat terjadi pula saat keputusan investasi di dorong oleh emosi. Investor dapat menjadi terlalu optimistis jika perekonomian kuat. Namun saat gelembung itu meletus, panic selling dapat menghancurkan pasar sehingga menyebabkan resesi. 

6. Perubahan teknologi

Memang penemuan baru dapat meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian, namun kemungkinan ada periode penyesuaian jangka pendek untuk terobosan teknologi baru.

Pada abad ke-19, ada gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja. Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang, memicu resesi dan masa-masa sulit. 

Saat ini, beberapa ekonom khawatir Artificial Intellegence (AI) dan robot dapat menyebabkan resesi lantaran pekerja kehilangan mata pencarian.

Berdasarkan hasil survei Bloomberg, Indonesia masuk dalam daftar 15 negara yang berisiko mengalami resesi. Dalam daftar tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-14.

Sri Lanka—yang mengalami ketidakstabilan ekonomi dan sosial baru-baru ini—menempati posisi pertama negara berpotensi resesi dengan presentase 85%,

Menyusul kemudian Selandia Baru 33%, Korea Selatan dan Jepang dengan presentase 25%.

Sedangkan Tiongkok, Hong Kong, Australia, Taiwan, dan Pakistan dengan presentase 20%, Malaysia 13%, Vietnam dan Thailand 10%, Filipina 8%, Indonesia 3%, dan India 0%.

Menanggapi survei tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dibandingkan dengan negara-negara lain dalam daftar itu, Indonesia memiliki indikator ekonomi yang lebih baik.

Dampak terjadinya resesi

Nah, setelah Anda memahami pengertian dan juga faktor-faktor resesi tentu Anda sudah tahu bahwa sekarang dampak dari pandemi covid-19 telah mengubah secara signifikan kebiasaan masyarakat sehingga aktivitas sosial masyarakat kini di batasi. 

Dengan demikian imbasnya adalah aktivitas ekonomi mulai terganggu dan berakibat pelemahan daya beli serta perlambatan ekonomi. 

Berikut adalah dampak terjadinya resesi sebagai berikut :

  1. Perlambatan ekonomi akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan sering terjadi bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi.
  2. Kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang aman.
  3. Ekonomi yang semakin sulit pasti berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena mereka akan lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu. (OL-1)
BERITA TERKAIT