PT Krakatau Steel (Persero) Tbk akan melakukan reaktivasi pabrik peleburan baja tanur tinggi atau blast furnace. Tepatnya, setelah Baowu Group Zhongnan Co. Ltd, produsen Baja asal Tiongkok, ditetapkan sebagai mitra strategis dalam pengoperasian fasilitas proyek tersebut.
Adapun proyek Blast Furnace sudah mangkrak sejak 2012, karena bermasalah dengan memiliki utang hingga US$2 miliar. Serta, adanya dugaan korupsi yang dilakukan mantan pejabat Krakatau Steel.
"Terpilih dari tiga perusahaan yang tertarik untuk mengerjakan reaktivasi dan Blast Furnace Complex Krakatau Steel,” ungkap Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam keterangan resmi, Kamis (29/9).
Terpilihnya tiga perusahaan itu etelah melewati berbagai tahap seleksi beauty contest yang dilakukan bersama konsultan independen ternama, Baowu Group Zhongnan Co. Ltd.
Baca juga: Kadin Optimistis Investasi Masuk Tanah Air di Tengah Ancaman Resesi Global
Perusahaan baja BUMN milik Tiongkok itu disebut menempati peringkat satu produksi terbesar di dunia dengan menghasilkan 120 juta ton per tahun di 2021 (World Steel Association, 2021).
Silmy mengatakan bahwa Baowu Group Zhongnan memiliki kemampuan pendanaan, sumber daya manusia, teknologi, serta akses supply chain yang diyakini dapat menyukseskan pengoperasian blast furnace.
Proyek itu awalnya dibangun pada 2012 kemudian dirampungkan pada 2019. Namun, dihentikan sementara pengoperasiannya karena dinilai tidak efisien.
Silmy berujar kerja sama reaktivasi ini adalah salah satu upaya dan solusi dari manajemen agar fasilitas yang selama ini tidak terpakai dapat memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan.
“Kerja sama Krakatau Steel dan Baowu Zhongnan Co. Ltd. rencananya akan dimulai pada akhir Desember 2022 ini,” lanjut Silmy.
Baca juga: Pesan Jokowi ke CEO di Korsel: Kalau Ada Keluhan, Sampaikan Saja
Reaktivasi ini direncanakan akan dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap 1 akan dilakukan pembaruan pada Wire Rod Mill sehingga dapat memproduksi Wire Rod hingga 600.000 ton per tahun.
Tahap 2 juga dilakukan secara paralel dengan memulai reaktivasi pada Blast Furnace Complex lewat penggunaan energi melalui pembangunan Basic Ocxygen Furnace (BOF) baru dan fasilitas pengecoran billet atau baja mentah yang dapat menghasilkan total 1,5 juta ton per tahun.
Pada tahap 3 akan dibuat jalur produksi baja berupa Blast Furnace Complex baru yang akan menghasilkan Billet sebanyak 2,2 juta ton per tahun.
Silmy menambahkan bahwa dengan begitu reaktivasi ini akan mendukung ketersediaan bahan baku untuk produksi Krakatau Steel sehingga membuat biaya operasional semakin kompetitif.(OL-11)