27 September 2022, 18:03 WIB

RI Bisa Hasilkan US$565 Miliar dari Perdagangan Karbon


Despian Nurhidayat | Ekonomi

AFP
 AFP
Ilustrasi aktivitas pabrik yang menghasilkan emisi karbon.

INDONESIA memiliki peluang besar untung mendapatkan penghasilan dari carbon trading. Sebagai negara yang masuk 3 besar dunia yang memiliki hutan tropis terbesar, Indonesia dapat menyerap sampai 25 miliar ton karbon.

"Dari jumlah tersebut, Indonesia dapat menghasilkan US$565 miliar dari carbon trading di carbon market," ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, Selasa (27/9).

Untuk merealisasikan hal tersebut, pihaknya menilai bahwa Indonesia harus menyiapkan regulasi terkait pasar karbon dan perdagangan karbon. Baik dari dalam negeri maupun internasional.

Baca juga: PLTU Batu Bara Mau Pensiun, PLN Andalkan Pembangkit Berbasis EBT

Menurutnya, industri keuangan di Indonesia sangat siap untuk mendukung perdagangan karbon. Apalagi, industri keuangan Indonesia mempunyai modal kuat untuk menyukseskan perdagangan karbon.

"Industri keuangan punya modal yang kuat. Jumlah investor saja sudah mencapai lebih dari 9 juta," imbuh Mahendra.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian LHK Laksmi Dhewanthi menyebut Indonesia sangat optimistis dalam hal pengurangan emisi karbon. Bahkan, Indonesia telah memperbarui target National Determined Contribution (NDC).

Baca juga: Andalkan Buton, Indonesia akan Stop Impor Aspal

"Jadi pada 23 September 2022, lalu kita tingkatkan target NDC. Sebelumnya, 29% menjadi 31,89% dengan usaha sendiri di 2030. Sementara, dengan bantuan internasional dari 41% menjadi 43,20%," jelas Laksmi.

Perubahan target ini menjadi bentuk keyakinan bahwa Indonesia dapat sukses mengurangi emisi karbon. Dia juga berharap Indonesia dapat belajar dari negara lain, yang sudah berhasil menerapkan perdagangan karbon.

Menurutnya, perdagangan karbon menjadi salah satu mekanisme yang dapat menyukseskan taget pengurangan emisi karbon.(OL-11)

 

BERITA TERKAIT