SEKTOR batu bara masih menjadi salah satu andalan dalam menopang perekonomian nasional. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi penerimaan negara dari batu bara tahun ini sudah mencapai Rp91,47 triliun hingga akhir Agustus lalu atau dua kali lipat target tahun ini sebesar Rp42,36 triliun.
Kontribusi batu bara pada perekonomian nasional tahun ini pun diprediksi bisa mencapai 5%-6% terhadap produk domestik bruto (PDB). Lantaran kontribusi batu bara bagi perekonomian nasional secara keseluruhan cukup signifikan, Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin menyebut penggunaan batu bara tidak serta-merta bisa dihentikan.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli, Indonesia harus mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk kemajuan industri dalam negeri. "Kita diberi kelebihan dengan sumber daya yang ada. Sumber daya ini wajib digunakan semaksimal mungkin untuk kemajuan bangsa dan negara," kata Rizal dalam keterangannya, Selasa (13/9).
Pemanfaatan potensi sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum juga jadi semangat yang mengawali terbentuknya pionir perusahaan tambang di Aceh, yakni Media Djaya Bersama (MDB) Group.
Sebagai perusahaan industri pertambangan batu bara pertama dan terbesar di Aceh, MDB melalui dua anak perusahaannya, PT Mifa Bersaudara (MIFA) dan PT Bara Energi Lestari (BEL), memegang hak penambangan eksklusif area konsesi seluas 4.629 hektare.
Direktur Utama MIFA dan BEL Ricky Nelson menuturkan setelah bencana tsunami melanda Aceh pada 2004, para pemimpin negeri, termasuk Surya Paloh, memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk pengembangan ekonomi di ‘Bumi Serambi Mekah’. "Salah satu potensinya ialah melakukan penambangan batu bara," ungkap Ricky kepada Media Indonesia, kemarin.
MIFA Bersaudara dan Bara Energi Lestari bekerja sama dengan dua stakeholder, yakni Media Group dan ABM Investama, pada 2005 sampai 2011 melakukan eksplorasi dan menghimpun data tentang cadangan batu bara di Aceh.
Periode 2011-2014 ialah masa konstruksi. Kemudian, pada 2014 sejumlah infrastruktur mulai rampung, seperti jalan tambang, mes karyawan, kantor staf, dan jeti. "Tahun 2015 adalah pengapalan awal," kata Ricky.
Kehadiran industri besar pertama di Aceh itu berdampak cukup besar. Yang paling terasa ialah membawa masyarakat, terutama anak-anak muda di Aceh kepada pemikiran dunia industri.
"Dunia industri kan penuh dengan efisiensi, optimalisasi, aturan-aturan kerja, dan cara bekerja yang efektif. Di satu sisi, kita harus menggerakkan roda bisnis, tapi di sisi lain kita juga harus membangun mental berusaha atau bekerja," ungkap Ricky.
Dengan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, terciptalah banyak peluang kerja. "Itu salah satu yang paling signifikan di awal-awal," katanya.
Terciptanya lapangan kerja itu pun menggerakkan ekonomi yang berantai, antara lain kontribusi dari pajak penghasilan para pekerja yang tidak kurang dari 70% merupakan masyarakat Aceh.
"Kami mempekerjakan 2.500 karyawan. Setiap bulan dari penggajian hampir Rp2,5 miliar. Kalau kita kalikan dari Rp2,5 miliar, itu 15% atau 10% pajak penghasilan, kira-kira itu hitungannya," ungkap Ricky.
Belum lagi dari pajak badan atas keuntungan perusahaan dan pajak-pajak, seperti penggunaan air, penggunaan lahan, dan PBB lahan batu bara. "Terus juga kami punya sumbangan pemerintah daerah (SPD), 1% untuk kabupaten, 1% untuk provinsi, 1% CSR (corporate social responsibility), jadi ada 3% dari transaksi penjualan," paparnya.
"Kalau secara nominal, saya yakin sekali, itu bisa sampai ratusan miliar dari retribusi, pajak, dan segala macam yang kami tinggalkan di Aceh. Itu di luar royalti karena royalti kan 5%. Saya boleh katakan kalau yang direct cash 1% CSR, SPD 2%, royalti 5%, dari pendapatan biaya dan segala macam, saya katakan mungkin hampir 25%," jelas Ricky.
Solution coal
Di sisi lain, salah satu hal yang menjadi keunggulan batu bara MDB ialah kualitas yang dikenal dengan nama solution coal. Batu bara yang dihasilkan tergolong sebagai batu bara sub-bituminous dengan karakter kandungan abu dan sulfur yang rendah.
Ricky menjelaskan tingkat sulfur yang lebih rendah sangat membantu optimalisasi di PLTU. "Batu bara kami bisa dijadikan materi campuran untuk di-blending dengan batu bara kalori tinggi. Ini memang keunggulan yang kami sebut solution coal," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama MDB Group Irsan S Gading mengatakan pihaknya berkomitmen bangkit lebih kuat dalam mengelola sumber daya mineral pertambangan batu bara di Aceh, antara lain dengan melihat segala aspek potensial yang mendukung peningkatan perekonomian dan pembangunan daerah.
"Pandemi covid-19 yang berkepanjangan melanda Indonesia telah memaksa dan terus mendorong perseroan untuk selalu sigap melakukan berbagai penyesuaian agar bisnis tetap berjalan," kata Irsan, beberapa waktu lalu.
Kendati demikian, MDB Group melihat berbagai peluang pertumbuhan bisnis. Salah satunya dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga batu bara dunia dengan terus menggenjot kembali produksi dan mendorong penjualan kepada para mitra perusahaan.
"Tentunya ini jadi langkah pemulihan yang bisa dikatakan cepat serta berdampak positif untuk semua pemangku kepentingan yang berkaitan langsung dengan perusahaan kami," tutup Irsan. (S3-25)