MASKAPAI penerbangan nasional Garuda Indonesia mengembalikan secara bertahap pesawat Bombardier CRJ-1000. Pada fase awal, dilakukan pengembalian dua pesawat produksi perusahaan berbasis di Montreal, Kanada, dari total 18 pesawat Bombardier CRJ-1000 yang pernah dioperasikan perseroan.
Adapun tindak lanjut pengembangan armada tersebut merupakan bagian dari hasil tindak lanjut kesepakatan negosiasi bersama lessor pesawat Bombardier CRJ-1000, yakni Nordic Aviation Capital (NAC) dan Export Development Canada (EDC).
Pengembalian armada merupakan bagian dari strategi restrukturisasi oleh Garuda Indonesia, sejalan dengan dirampungkannya putusan homologasi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Termasuk, intensifikasi rencana strategis perusahaan untuk mempercepat pemulihan kinerja.
Diketahui, pengembalian dua pesawat Bombardier CRJ-1000 dengan nomor registrasi PK-GRQ dan PK-GRN diberangkatkan pada pukul dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju MHIRJ Facility Service Centre, Arizona, Amerika Serikat.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pengembalian armada merupakan bagian dari langkah transformasi perusahaan. Tujuannya, memperkuat fundamen operasional yang lebih solid, dengan mengoptimalkan utilisasi armada. Serta, penyesuaian spesifikasi pesawat terhadap segmentasi dan karakteristik pasar.
"Hal ini sejalan dengan komitmen kami untuk semakin cermat dan prudent dalam mengembangkan langkah ekspansi kinerja. Dengan basis kebutuhan alat produksi yang lebih terukur dan mengedepankan basis landasan cost leadership dalam setiap proses," ujar Irfan dalam keterangannya, Selasa (2/8).
Sebelumnya, pada 19 Juli 2022, Garuda telah mengembalikan satu-satunya armada Boeing 737 Max-8 dengan nomor registrasi PK-GDA kepada lessor Bocomm Leasing di Belanda. Langkah restrukturisasi perusahaan dalam jangka panjang juga dioptimalkan melalui kesepakatan bersama dengan lessor terkait.
Hal itu melalui perubahan maupun perpanjangan kontrak sewa. Seperti, penerapan skema power by-the-hour untuk pembayaran biaya sewa pesawat. Nantinya, perseroan akan membayar biaya sewa berdasarkan jam terbang pesawat.
Melalui berbagai langkah strategis, Irfan mengungkapkan Garuda Indonesia berhasil menekan biaya sewa untuk pesawat narrow body hingga 30% dan pesawat wide body di kisaran 69%. "Kami juga terus mengevaluasi kondisi rute yang beroperasi, dengan menyesuaikan jenis armada berdasarkan tingkat keterisian penumpang," pungkasnya.(OL-11)