12 July 2022, 20:41 WIB

Perlu Strategi Investasi di Tengah Kecenderungan Peningkatan Inflasi


mediaindonesia.com | Ekonomi

Ist
 Ist
Chief Investment Officer, DBS Bank, Hou Wey Fook.

PERANG Rusia-Ukraina yang berkepanjangan dan situasi Covid-19 di Tiongkok belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Hal itu menjadi tantangan bagi para pelaku ekonomi dan investor.

Memasuki triwulan ketiga, tantangan utama yang dihadapi pasar adalah inflasi yang tak kunjung reda, sikap hawkish Bank Sentral AS, serta meningkatnya risiko resesi dan penurunan peringkat keuntungan.

Lantas, bagimana mempertahankan portofolio investor agar tetap stabil dalam menghadapi situasi tersebut?

Chief Investment Officer, DBS Bank, Hou Wey Fook, memberikan sejumlah pandangan saran dalam berinvestasi di kuartal ketiga tahun 2022.

“Dengan latar belakang inflasi dan gejolak ini, kami menegaskan kembali pilihan kami untuk ekuitas berkualitas dan penentu harga dengan posisi pasar kuat, margin keuntungan tangguh, dan kemampuan untuk membebankan biaya yang meningkat ke konsumen, seperti sektor yang berkaitan dengan komoditas,” ujarnya dalam acara CIO Insights 3Q22: Rising Above Inflation yang digelar DBS Bank Ltd (Bank DBS), beberapa waktu lalu.

Baca juga: Investasi Migas belum Melesat, Baru Sekitar Rp72 Triliun

Terkait pendapatan tetap, lanjut Hou, kredit jangka pendek dan berkualitas tinggi menjadi alternatif menarik dibandingkan dengan uang tunai.

Pihaknya terus menekankan pentingnya alternatif, termasuk investasi di emas dan aset swasta, untuk mendiversifikasi risiko portofolio.

“Mengingat inflasi berlanjut, didorong oleh kelangkaan komoditas, kami juga menggarisbawahi investasi di komoditas sebagai pendekatan “satelit”, yaitu membangun portofolio investasi dari gabungan dana investasi, saham, dan obligasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dalam jangka pendek. Kami yakin bahwa strategi ini akan membantu portofolio mengatasi inflasi,” papar Hou.

Lebih rinci ia menjelaskan, untuk investasi ekuitas, Tiongkok menawarkan risiko-imbalan menarik.

Hou memiliki pandangan positif terhadap investasi di Tiongkok pada triwulan kedua 2022 karena yakin Wakil Perdana Menteri Liu He menarik batasan untuk mendukung pertumbuhan dan peraturan dunia usaha.

Sejauh ini, ekuitas Tiongkok memang unggul 14,9% dari ekuitas global. Hou juga mempertegas pandangan konstruktif jangka panjang atas raksasa teknologi Amerika Serikat.

“Kami terus merekomendasikan melakukan paparan terhadap portofolio berkualitas, terutama perusahaan besar teknologi di S&P500,” katanya.

Prospek cerah bisnis konten

Pada kesempatan itu, Hou juga memaparkan pandangannya tentang bisnis konten.

Istilah ‘konten adalah raja’ pertama kali diungkapkan oleh Bill Gates pada 1996, saat itu ia menyatakan, "Konten adalah tempat saya berharap banyak uang nyata akan dihasilkan di internet, seperti halnya dalam penyiaran." Kata-katanya terbukti cerdas.

Memang, konsumsi konten merupakan bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari di samping penggunaan smartphone dan internet.

Di dunia dengan rentang perhatian pendek, dan platform konten sangat banyak, konten baik dapat mendorong monetisasi.

“Kami mendalami industri musik, video, dan permainan (gaming) untuk menentukan peluang terbaik dalam rantai nilai luas ini, dan menyoroti pemenang konten,” kata Hou.

Pemilik konten, terangnya, akan muncul sebagai pemenang jelas di industri karena kendali mereka atas pustaka konten luas dengan nilai monetisasi tinggi.

Model berbasis iklan akan mendominasi, mengingat kesediaan konsumen untuk menerima iklan untuk menggunakan konten dengan biaya lebih rendah.

Selain itu, User Generated Content (Konten Buatan Pengguna) merupakan model bisnis yang menikmati potensi pertumbuhan kuat dan persyaratan modal awal rendah. (RO/OL-09)


 

BERITA TERKAIT