29 January 2022, 06:00 WIB

Pemindahan Ibu Kota Diprediksi tidak Pengaruhi Bisnis Properti di Jabodetabek


mediaindonesia.com | Ekonomi

Antara/Yulius Satria Wijaya
 Antara/Yulius Satria Wijaya
ilustrasi:  Pembangunan sebuah kawasan perumahan di Jawa barat

Pemindahan ibu kota negara (IKN) dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur diprediksi tidak akan mempengaruhi prospek penjualan properti di Jabodetabek. Menurut Marine Novita, Country Manager Rumah.com pemindahan ibu kota akan dilakukan secara bertahap , dimana untuk tahap awal akan fokus pada sektor pemerintahan terlebih dulu sehingga dampak terhadap bisnis properti di Jabodetabek tidak akan terjadi seketika.

“Bisnis properti di wilayah Jabodetabek tetap akan memiliki potensi yang besar karena fungsinya sebagai pusat bisnis dan komersial. Hal ini menjadikan wilayah Jabodetabek sebagai lokasi tujuan investasi dan industri karena dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana infrastruktur yang sudah matang. Sehingga kebutuhan properti residensial di Jabodetabek masih sangat tinggi," jelas Marine, dalam keterangan resminya, Sabtu (29/1).

Berdasarkan data Rumah.com Indonesia Property Market Index Q4 2021, kenaikan harga tertinggi masih terjadi di tiga provinsi yang masuk area Jabodetabek, yakni Banten (3,07%), Jawa Barat (2,30%), dan DKI Jakarta (1,81%). Hal ini, kata Marine, menunjukkan masih tingginya minat masyarakat membeli rumah di kawasan tersebut.

Di Provinsi Banten, Kota Tangerang mencatat pertumbuhan harga tahunan paling signifikan, yakni sebesar 17,04%, diiringi dengan kenaikan suplai tahunan sebesar 39,93%. Namun tren pencarian di wilayah ini turun drastis, yakni sebesar 11,02% secara kuartalan. Selain itu, Kota Tangerang tampaknya menjadi sasaran kalangan menengah yang menargetkan hunian di kisaran harga Rp 300-750 juta.

“Industri properti di Jabodetabek masih akan tetap prospektif meskipun IKN akan dipindahkan ke Kalimantan Timur. Properti residensial di Jabodetabek tetap menjadi kawasan hunian idaman yang bisa dibeli di tahun 2022 ini dimana secara umum situasinya adalah ‘buyer’s market’, karena didukung berbagai stimulus dari pemerintah,” pungkas Marine. (RO/E-1)

 

 

BERITA TERKAIT