25 November 2021, 20:19 WIB

Jangan Sepelekan, Serangan Rayap Bikin Rugi Hingga Rp2,8 Triliun Per Tahun 


Ghani Nurcahyadi | Ekonomi

Dok. Rentokill Indonesia
 Dok. Rentokill Indonesia
Ilustrasi mitigasi serangan rayap di struktur bangunan rumah

KEBERADAAN rayap seringkali dianggap sepele. Namun, ketika binatang menyerupai semut putih dengan jumlah 2.800 spesies di seluruh dunia itu sudah melahap struktur bangunan rumah, furniture dan aset berharga, barulah kita tersadar bahwa rayap sangat menyebalkan karena membawa kerusakan dahsyat, dan tentu merugikan secara finansial. 

Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (ASPPHAMI) menaksir kerugian yang diakibatkan oleh hama di Indonesia dapat mencapai Rp2,8 triliun setiap tahunnya. Kerugian itu salah satunya disumbang oleh tingginya populasi rayap yang berada di Indonesia. Rayap adalah sejenis serangga satu turunan sari Ordo Blattodea (kecoa). Rayap tidak pernah tidur, menggerogoti material kayu, kertas, selulosa dan barang-barang tertutup seperti box dan toples selama 24 jam penuh. 

Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dodi Nandika menyebut, inovasi terbaru pengendalian rayap dapat dilakukan dengan metode reticulation system (sistem retikulasi), yaitu meletakkan rangkaian pipa bawah tanah di sekitar bangunan.  

“Upaya pencegahan akan jauh lebih baik dibandingkan jika sudah terkena serangan rayap pada saat bangunan sudah didirikan. Dengan retikulasi, kita dapat melakukan perlindungan berkelanjutan terhadap serangan rayap karena memungkinkan berulang kali mengisi termitisida pada pipa yang sudah dibuat,” terangnya saat menyampaikan paparan dalam Webinar “Dampak Serangan Rayap Pada Bangunan Anda dan Solusi Untuk Mengatasinya”,  yang digelar Rentokil Indonesia. 

Kendati ukuran serangga ini hanya 0,6 centimeter, lanjut Dodi, namun ia hidup dengan berkoloni. Iklim tropis yang hangat sepanjang tahun disertai kelembaban udara yang tinggi sekitar 70-90% dan tanah yang kaya akan bahan organik membuat setiap lahan di negeri ini menjadi tempat tinggal yang sempurna bagi keberadaan koloni rayap. 

Baca juga : Strategi Keuangan Hadapi 'Black Friday' Agar Hemat Uang dan Waktu

Umumnya, orang baru akan melakukan tindakan pengendalian rayap setelah properti mereka terserap oleh rayap. “Padahal, penangangan hama rayap dapat dilakukan sedini mungkin, bahkan sebelum bangunan properti itu dibangun,” ujarnya.  

Sebagai perusahaan yang inti business-nya fokus pada pest control (pengendali hama), Rentokil Indonesia belum lama ini melansir metode Rentokil Termite Drips System (RTDS) dan Rentokil Termite Piping System (RTPS), yaitu kegiatan pengendalian rayap sebelum struktur bangunan didirikan dengan mengandalkan pipa yang tertanam dalam struktur tanah. 

Metode RTDS bekerja melalui sistem pipa  dengann emitter yang menghasilkan tetesan, distribusi bahan kimia yang dialirkan menjadi merata dan presisi, dikarenakan sistem tersebut sudah menggunakan turbonet. Sementara metode RTPS menggunakan sistem pipa yang memanfaatkan tiga jenis nosel di setiap pipa untuk menyalurkan bahan kimia secara merata ke seluruh area. 

National & Sales Operation Manager Rentokil Indonesia, Sulkifly Barata menjelaskan, pipa di kedua metode tersebut terjamin kekuatannya dan bisa mencapai umur pemakaian lebih dari 20 tahun. Fitur mulsa plastik pada pipa yang diplot sebagai penahan cor-coran dapat mencegah emmiter atau nosel tertutup cor-coran sehingga pipa betul-betul berfungsi baik, awet dan aman.   

“Selain bertujuan untuk membuat barikade dalam tanah yang dapat menghalangi serangan jalur rayap, keunggulan metode sistem pipa ini sangat efektif dan efisien dikarenakan sirkulasi penyemprotan termitisida dapat digunakan berulang kali melalui pipa yang sudah tertanam. Metode ini sangat disarankan bagi konsumen yang ingin menjaga properti dan aset terlindungi dari serangan rayap di kemudian hari,” pungkas Sulkifly. (RO/OL-7)

BERITA TERKAIT