19 October 2021, 20:50 WIB

Menteri Koperasi UKM Dukung Minaqu Jadi Lokomotif Pasar Global


Media Indonesia | Ekonomi

Dok Minaqu Home Nature
 Dok Minaqu Home Nature
Menkop UKM Teten Masduki (baju hijau) mendapat penjelasan dari Ade Wardhana Adinata.

POTENSI besar pasar tanaman hias di tingkat global market mencapai Rp3.000 triliun. Tapi Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,01 persen saja. Padahal potensi yang dimiliki negeri ini sangatlah menjanjikan.

Hal itu diungkapkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat meninjau Green House milik Minaqu Indonesia, di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/10). "Saya sangat mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan Minaqu Indonesia sebagai offtaker produk tanaman hias yang telah menggandeng kurang lebih 1.000 petani di Jawa Barat dan telah bermitra dengan 4 koperasi," kata Menteri Teten di acara yang juga dihadiri Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM Ahmad Zabadi, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim dan Pemimpin Divisi akredit dan UMKM Bank BJB, Denny Mulyadi.

Para petani, lanjut Teten, harus dikonsolidasi, jangan biarkan mereka hanya menggarap di lahan yang sempit. Lebih baik terkonsolidasi melalui koperasi. "Kalau sudah ada koperasi, para petani dapat fokus untuk berproduksi di lahan yang juga dikonsolidasikan menjadi skala ekonomi," tuturnya.

Menurut Menkop UKM, yang berperan menjadi offtaker pertama adalah koperasi (sebagai agregator) dan melakukan pengolahan hasil panen, yang berhadapan dengan pembeli juga koperasi. Sehingga harga tidak dipermainkan buyer.

"Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum juga dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Mulai dari akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk teknologi tepat guna, sampai pada hilirisasi produk (pemasaran) baik secara offline dan online," paparnya.

Bagi Teten, apa yang dilakukan Minaqu telah mencerminkan terjadinya proses inclusive close loop, karena telah tercipta sebuah ekosistem terintegrasi dari hulu hingga hilir.

"Minaqu tidak hanya bertindak sebagai offtaker dari hasil produksi petani, namun juga memberikan pendampingan mulai dari pembibitan, proses produksi hingga pemasarannya untuk pasar ekspor," tukas Teten.

Mengingat masih sangat besarnya peluang permintaan tanaman hias dari mitra luar negeri yang telah bekerja sama dengan Minaqu, Teten berharap koperasi-koperasi lainnya yang telah mengkonsolidasikan lahan anggotanya, juga dapat memanfaatkan peluang ini dan menjalin kemitraan.

Selain itu, Teten juga mendukung pemanfaatan teknologi informasi melalui web based sistem e-commerce platform minaquindonesia.com untuk akselerasi menuju go digital dan go global. Terlebih komoditas agrikultur lainnya sudah dijangkau lebih dari 50 negara di dunia.

Platform digital
Sedangkan CEO Minaqu Indonesia, Ade Wardhana Adinata menjelaskan bahwa petani mitra yang sudah eksisting dan menjadi petani mitra utama adalah Koperasi Pelita Desa (Ciseeng, Bogor), Koperasi Kowinas (Karawang, Subang, Cianjur, Bali, Lombok, Bangka Belitung, Batam, Yogyakarta, dan Solo).

Untuk memenuhi florikultura dengan standarisasi pasar global, pihaknya didukung ribuan petani mitra florikultura termasuk 1.000 petani mitra yang berada di Jawa Barat (Bogor, Bandung Barat), Sulawesi Utara (Tomohon), Sulawesi Selatan, Sumatera Barat (Solok dan Padang Panjang).

 

 

 

 

Sejauh ini, Minaqu telah memiliki cabang di beberapa daerah di Indonesia mulai dari Merauke, Makassar, Tomohon, Solok, Padang Panjang, Ungaran, Banyuwangi, Bali, dan masih banyak lagi kota lainnya. Di samping itu, juga membangun kampung-kampung flori berbasis ekspor dengan menggaet petani milenial yang memiliki ketertarikan pasar florikultura. 

“Kami bekerja sama dengan Provinsi Jawa Barat dengan program Petani Milenial Jabar Juara. Ada 580 petani milenial di bisnis florikultura dan Minaqu menjadi offtaker dan pembina serta tenaga ahli," ungkap Ade lagi.

Dalam pemasaran produk florikultura, Minaqu mengoptimalkan pasar global secara melalui pemasaran digital, seperti menggunakan media sosial Facebook, Instagram, LinkedIn, dan Whatsapp Bussiness. Sedangkan platform digital untuk petani mitra dimaksudkan untuk memudahkan mereka mengunggah sendiri tanaman hias yang dimiliki. Platform ini sudah bisa diakses secara real time oleh 7 distributor Minaqu Home Nature yang ada di enam negara yang telah bermitra. (RO/O-2)

BERITA TERKAIT