28 June 2021, 19:41 WIB

IPO Unicorn akan Jadi Game Changer Bagi Pasar Modal Indonesia


mediaindonesia.com | Ekonomi

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
 ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
 Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

RENCANA dua unicorn ternama Indonesia, Bukalapak dan GoTo, yang akan melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), dinilai akan menjadi game changer bagi pasar modal Indonesia.

Nantinya, kesuksesan IPO kedua unicorn tersebut akan menjadi pintu masuk bagi perusahaan-perusahaan rintisan (startup) lain untuk mengikuti langkah Bukalapak dan GoTo untuk melantai di bursa.

“Saya melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Suksesnya mereka (Bukalapak dan GoTo) akan menjadi contoh bagi startup-startup lain untuk segera melakukan IPO di bursa,” ujar Komisaris BEI, Pandu Patria Sjahrir, pada keterangan pers, Senin (28/6).

Menurut Pandu, saat ini pasar modal Indonesia masih memiliki ruang bertumbuh yang cukup besar. Sehingga, lanjutnya, pasar modal masih menjadi tempat terbaik untuk menaruh modal berinvestasi.

“Harapannya pasar modal bisa membantu target Indonesia menjadi negara terbesar ke-5 dalam hal perekonomian di dunia pada tahun 2030,” kata dia.

Lebih jauh lagi, Pandu mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang tercepat se Asia Tenggara. Oleh karena itu, ujarnya, merupakan hal yang tepat jika perusahaan teknologi melantai di bursa.

“Dalam beberapa tahun terakhir, selain perusahaan e-commerce yang bertumbuh pesat, saya melihat perusahaan teknologi di Indonesia seperti fintech, e-logistic, dan sociocommerce akan semakin meningkat,” ucapnya.

Di samping itu, Co-managing Partner Indies Capital itu juga memberikan tips dalam memvaluasi saham-saham teknologi yang dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan menguasai pasar modal Indonesia.

Pandu menerangkan, cara menilai saham perusahaan teknologi tidak jauh berbeda dengan saham-saham konvensional yang sudah ada sebelumnya.

Akan tetapi, untuk saham-saham teknologi, selain menggunakan discouted cashflow seperti yang diajarkan teori,  bisa juga dengan menggunakan market comparible, di mana menghitung valuasi startup dengan mengasumsikan pada harga yang kelak investor mau membelinya.

“Cara menilainya sama dengan teori melalui discounted flow. Namun bisa juga secara dengan menggunakan market comparable, bisa dengan perusahaan serupa di Amerika Serikat atau dari China,” ujarnya. 

Selain itu, Pandu juga mengingatkan kepada investor untuk selalu belajar fundamental. Dengan meningkatnya literasi pasar modal, investor juga diharapkan mampu percaya diri dengan analisis pribadi dan tidak ikut-ikutan orang lain. Sebab, investasi di pasar modal merupakan investasi jangka panjang dan memiliki prospek yang bagus.

“Dilihat dari long term, ke depannya saya percaya, pasar modal akan menjadi salah satu tempat terbaik untuk menanamkan produknya,” pungkasnya. (RO/OL-09)

BERITA TERKAIT