03 June 2021, 08:35 WIB

Cashlez Targetkan 10 Triliun Transaksi Rp10 Triliun di 2021


Fetry Wuryasti | Ekonomi

Antara/Muhammad Iqbal
 Antara/Muhammad Iqbal
Transaksi non tunai

PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk (CASH), membukukan sepanjang 2020 peningkatan pendapatan bersih menjadi Rp84,32 miliar sepanjang 2020 . Meningkat 407,73% dari Rp16,61 miliar yang tercatat pada  2019.

Peningkatan ini menghasilkan pertumbuhan laba perseroan dari rugi bersih Rp10,85 miliar pada tahun 2019 menjadi rugi bersih sebesar Rp7,13 miliar pada tahun 2020.

Presiden Direktur Cashlez, Suwandi mengatakan, meski sempat terdampak pandemi, Cashlez berhasil mencapai pencapaian yang positif.

Pada 2020, mereka menjadi perusahaan terbuka dan mengakuisisi PT Softorb Technology Indonesia (STI).  CASH uga memproses pembayaran QRIS, memperluas pilihan pembayaran dan bermitra dengan institusi keuangan untuk memberikan akses pendanaan.

"Kami percaya dengan upaya yang konsisten, akan membawa Cashlez ke babak baru dalam industri pembayaran di Indonesia," kata Suwandi, dalam paparan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Rabu (2/6).

Sampai dengan akhir Desember 2020, total merchant yang bergabung dengan Cashlez mencapai lebih dari 9.000 merchant termasuk didalamnya beberapa brand ternama seperti KalCare, Brawijaya Hospital, BFI Finance, Shafira, Zoya, dan Fish & Cheap.

“Melihat perkembangan digitalisasi di Indonesia yang sangat pesat, kami melihat potensi yang sangat besar terhadap industri solusi pembayaran dan akan terus memberikan dukungan kepada para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka di era digital saat ini. Kami optimis di tahun 2021, Cashlez dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik lagi dibandingkan tahun 2020 dengan target 5.000 merchant baru dan kenaikan transaksi bruto sebesar 10 triliun," kata Suwandi.

Dalam mencapai target merchant baru tersebut, pihaknya akan berfokus untuk menyasar perusahaan-perusahaan tertentu dan tidak memiliki target spesifik untuk sektor merchant yang dituju. Hanya saja, Cashlez berusaha menyelaraskan dengan program pemerintah yang menyorot beberapa sektor untuk diperhatikan seperti UMKM. Hal ini karena mereka dinilai masih banyak yang membutuhkan teknologi pembayaran non tunai.

"Di sini kita melihat peluang untuk menyediakan teknologi yang bermanfaat bagi mereka dan realisasi pencapaian di kuartal I cukup bagus. Kami memyasar seperti sektor pariwisata, lalu juga pemerintah mendukung go digital untuk UMKM. Sektor-sektor itu akan jadi top priority juga agar selaras dengan program pemerintah,” kata Suwandi. (Try/E-1)

BERITA TERKAIT