DIREKTUR Utama PT Mahan Indo Global Jaiprakash Soni mengaku ada kondisi jahe merah yang kotor alias masih tercampur dengan tanah karena permintaan pasar. Dia mengakui baru kali ini pihaknya mengimpor jahe dari sebelumnya sebagai eksportir.
Sebagai pemain baru, Jaiprakash merujuk pada satu pelaku yang kerap mengimpor jahe. Ia kerap menemukan jahe kotor.
"Saya sudah bilang ke dia, kalau jahe tidak suci (kotor) bisa masalah. Tapi, alasannya nanti tidak bisa laku di pasar kalau sudah suci (bersih). Jadi, alasannya ada yang tidak suci karena permintaan pasar," jelasnya saat rapat Komisi IV DPR secara virtual, Rabu (31/3).
Pihaknya pun mengimpor satu kontainer yang berisikan 26 ton jahe. Dalam kontraknya tertulis Rp1.300 per kilogram. Tapi, barang itu terpaksa dimusnahkan oleh Badan Karantina Kementerian Pertanian, karena diketahui ada jahe yang tercampur tanah itu.
"Saya baru pertama kali impor tapi sudah kena (masalah). Saya tidak sering jadi importir, jadi tidak bisa membuktikan apakah sebelumnya ada jahe itu (kotor)," terang Jaiprakash.
"Selama 16 tahun kita tidak ada masalah (ekspor). Saya baru pertama kali impor," tambahnya.
Jaiprakash menjelaskan, alasan pihaknya mengimpor karena kebutuhan jahe yang ada di Indonesia dianggap tidak memenuhi kebutuhan konsumen. Meski tidak menyebutkan secara detail jumlah stok jahe yang dibutuhkan, dia menyebut kebutuhan akan tanaman itu masih tinggi untuk dikonsumsi.
"Kenapa kami mau impor? Ini karena sebagai pengusaha tidak mau rugi. Permintaan (jahe) masih tinggi, tapi kebutuhan stok ini kurang. Kalau tidak ada barangnya, bisa nanti tembus ratusan ribu per kg," tandasnya. (OL-14)