20 January 2021, 22:01 WIB

India Mulai Ekspor Vaksin Covid-19, Gratis untuk Maladewa-Bhutan


Mediaindonesia.com | Ekonomi

AFP/Punit Paranjpe
 AFP/Punit Paranjpe
Seorang petugas kesehatan bersiap untuk memberikan dosis vaksin covid-19 di Rumah Sakit Rajawadi di Mumbai pada Selasa (19/1).

INDIA mengekspor kelompok pertama vaksin virus korona yang diproduksi secara lokal pada Rabu (20/1). Produsen vaksin terbesar di dunia itu bergegas untuk memenuhi permintaan dari negara lain yang putus asa untuk melindungi populasi mereka.

Maladewa dan Bhutan akan menjadi penerima pertama vaksin virus korona India. Brasil dan Afrika Selatan juga termasuk dalam daftar tunggu.

Menteri Luar Negeri S Jaishankar mengatakan di Twitter bahwa farmasi dunia akan mengantarkan vaksin untuk mengatasi tantangan covid-19. Kebijakan tersebut sebagian dilihat sebagai dorongan India untuk meningkatkan kekuatannya dalam menghadapi saingannya Tiongkok yang juga memasok vaksin ke negara lain.

Pada Januari, regulator India menyetujui dua vaksin, yakni Covishield yang dikembangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford dan diproduksi oleh Institut Serum India, dan Covaxin yang dibuat oleh perusahaan lokal Bharat Biotech.

Pemerintah India mengatakan Maladewa akan menerima pasokan gratis 100.000 dosis Covishield pada Rabu (20/1). Bhutan pun akan menerima 150.000 sebagai hadiah.

New Delhi juga menjanjikan Bangladesh, Nepal, Myanmar, dan Seychelles akan segera menyusul. India berencana untuk menawarkan 20 juta dosis kepada tetangganya di Asia Selatan, Bloomberg melaporkan minggu lalu, serta negara lain di Amerika Latin, Afrika, dan Asia Tengah.

Institut Serum, pembuat vaksin terbesar di dunia berdasarkan volume, juga berencana untuk memasok 200 juta dosis ke Covax, upaya yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia untuk mendapatkan dan mendistribusikan inokulasi ke negara-negara miskin.

"Pembuat Covaxin, Bharat Biotech, pekan lalu menandatangani kesepakatan dengan perusahaan Brasil dan meningkatkan produksi tahunan menjadi 700 juta dosis," ungkap seorang juru bicara mengatakan kepada Mint Daily pada Rabu. (AFP/OL-14)

BERITA TERKAIT