02 November 2019, 08:10 WIB

Kementan-Pemprov Sultra Kembangkan Industri Pangan


Dero Iqbal Mahendra | Ekonomi

Antara
 Antara
Anggota kelompok tani sagu memperlihatkan pengolahan sagu modern tanpa limbah, di Desa Labela, Besulutu, Konawe, Sulawesi Tenggara,

PEMANFAATAN sumber daya lokal untuk mewujudkan keanekaragaman keluarga menjadi fokus peringatan Hari Pangan Sedunia (World Food Day) XXXIX 2019 yang dihelat di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada 1-5 November 2019.

Hal itu mendasari kerja sama Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra).

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi, mengungkapkan Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Indonesia memiliki sekitar 800 spesies tanaman sumber bahan pangan, termasuk sagu.

Karena itu, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan FAO melakukan pengembangan industi usaha kecil menengah (UKM) sagu yang dipusatkan di Sultra dan sudah direplikasikan di empat wilayah yang harapannya menjadi substitusi tepung terigu impor.

"Kami sedang menyusun peraturan pemerintah yang mewajibkan industri pangan lokal yang berbasis tepung menggunakan tepung lokal 10% dan secara bertahap akan ditingkatkan," demikian dikatakan Agung pada seminar nasional yang merupakan rangkaian Hari Pangan Sedunia XXXIX 2019 di Kendari, Jumat (1/11).

Ketua Panitia Seminar Nasional yang juga sebagai Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Kementan, Sri Retno Hartati Mulyandari, menambahkan pertanian keluarga (family farming) dalam konteks global saat ini dipandang sebagai tulang punggung pembangunan dan pencapaian ketahanan pangan.

Bahkan, lanjutnya, mereka memiliki kontribusi penting dalam pencapaian target sustainable development goals (SDGs), terutama target SDG 1 dan 2, yaitu mengatasi kemiskinan dan perbaikan nutrisi dan sistem pertanian berkelanjutan.

"Kita akan menjadikan pangan lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri terwujud dengan segera. Kalau bisa cepat kenapa harus nanti kalau bisa hari ini kenapa harus besok," jelasnya.

Meningkatkan kualitas SDM
Gubernur Sultra Ali Mazi menyebutkan ketahanan pangan sudah menjadi isu utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, bukan hanya pada daerah dan nasional.

Namun, lanjutnya, ketahanan pangan juga sudah menjadi isu global yang harus ditangani bersama. Ia mengungkapkan sagu merupakan salah satu pangan lokal yang menjadi bahan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat di Sultra.

Produksi sagu saat ini mencapai 6.967 ton per tahun dengan luas areal tanam mencapai 5.105 hektare, tapi dengan berjalannya waktu luasan lahan tanam sagu semakin menyusut.

"Diperlukan upaya dan pengkajian yang sistematis dalam upaya peningkatan nilai tambah dari komoditas sagu melalui pengembangan model usaha agroindustri sagu yang berkelanjutan," ungkap Ali Mazi.

Di hadapan peserta dan tamu undangan, Ali Mazi menjelaskan, salah satu sentra produksi sagu di Sultra berada di Kota Kendari. Sagu Sultra tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal masyarakat, tetapi juga memenuhi permintaan dari provinsi lain yang juga mulai meningkat.

"Dengan demikian, Indonesia berpeluang besar untuk dapat terus meningkatkan produksi pangan dan industri melalui peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman, serta pemanfaatan sumber daya pangan lokal," tegasnya.

Baca juga: Menko Perekonomian Terus Monitor Harga Komoditas Penyebab Inflasi

Perlu diketahui, pemerintah Indonesia sendiri telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengembangan penganekaragaman pangan yang berbasis pada sumber daya lokal, di antaranya dengan adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi. (S1-25)

BERITA TERKAIT